FPI Lebih Nasionalis Dari Agnez Mo?

Bersamaan dengan dihajarnya nasionalisme Agnez Mo oleh buzzer Jokowi, netizen, sampai anggota DPR dan influencer terkenal, tiba-tiba Menteri Agama Fachrul Razi mengeluarkan pernyataan yang mengejutkan.

Menggebrak di hari pertama kerja soal celana cingkrang, dan cadar, Fachrul dengan lantang menyatakan bahwa ijin FPI (Front Pembela Islam) diperpanjang.  Kriteria “Ikut Memajukan Bangsa” menjadi alasan bapak menteri baru ini.  Lahirlah tagar #JokowiTakutFPI di twitterland.

Fachrul Razi (Menag), Tito Karnavian (Mendagri), dan Mahfud MD (Menkopolhamkan) adalah penentu nasib ormas berbasis agama ini kedepan. Dan ketiganya melapor langsung ke Jokowi.  Sebab itu serangan langsung ke Jokowi melalui tagar #JokowiTakutFPI  bisa dipahami. Nuansa politis yang bisa-bisa dilempar justru oleh lawan politik Jokowi sendiri pun bisa kita rasakan.

Tujuannya adalah membuat pintu masuk supaya umat bisa terpancing untuk bergerak seperti kasus Ahok. Rupa-rupanya hal itu dibaca oleh para jendral Jokowi itu.  Apalagi, “reuni 212” di depan mata. Pernyataan menag terasa politis sekali kalau dilihat dari timing dan muatan.

Dari sudut pandang lain, meskipun menyatakan di paruh kedua ini Jokowi tidak memiliki beban lagi, ternyata Jokowi tetap memiliki beban yang cukup berat.  Pertahanan kelompok-kelompok yang mengusung isu-isu SARA, toleransi, radikalisme, bahkan khilafah ternyata memiliki kekuatan yang membuat Jokowi yang koppig pun harus bersikap extra berhati-hati.  Benarkah Jokowi takut?

FPI mampu memposisikan diri secara politis dari ormas biasa menjadi ormas yang mampu membuat para petinggi negara menoleh dan ikut berkomentar. Bahkan mampu meyakinkan Menag baru bahwa mereka adalah bagian dari para pembangun bangsa.  Memang menarik untuk mengetahui kebenaran mengapa ormas ini bisa menjadi sekuat ini.

Cerita seputar FPI vs Jokowi ini masih belum selesai, tapi paling tidak meskipun kita tidak bisa mengatakan Jokowi takut, tapi realitasnya memang FPI telah menang beberapa kali dalam pertempuran politik dengan Jokowi.  Bahkan Jokowi pernah satu panggung dengan HBR di demo 212.

Jadi bagaimana, apakah Agnez Mo benar-benar kalah nasionalis dengan FPI? Ataukah FPI atau HBR ataupun diangkat saja menggantikan Agnez Mo menjadi duta bangsa? Pertanyaan-pertanyaan yang dulu membuat ketawa dan satire, ternyata dalam 2 hari ini tidak lagi lucu.  Karena bagi netizen dalam dua hari ini ternyata Agnez dianggap tidak nasionalis, dan FPI justru dapat “akreditasi” lulus nasionalis dan terbukti ikut membangun bangsa.

Never thought that would happen, but yes bro/sis that’s fact of Indonesian political condition at this moment.  This is NOT an analysis, but a fact!

Anyway, by the way, Fachrul, Tito, dan Mahfud terlihat sudah sepakat, jadi sekarang semua ada di tangan Presiden Jokowi. Kita tunggu babak selanjutnya!

Pendekar Solo

Coretan Lain:

Please follow and like us: