Kampanye kreatif Pilkada DKI 2017 tiba-tiba terasa bagaikan sebuah ibadah pujian dan penyembahan. Menariknya, kata-kata “sakral” Yehovah biarpun tidak disebutkan menjadi kata yang tersebar dan menjadi pembicaraan.
Lagu yang digunakan untuk kampanye Anies-Sandi ternyata adalah plagiat dari lagu Hashem Meleach dari Band Israel Gads Elbaz (Sumber) yang artinya adalah “The Lord is King, Jehova our Lord and God!”
Bagi orang Kristen, terasa suasana kampanye secara budaya menjadi terasa tidak asing. Karena memang pada dasarnya Kristen mengakui, Yehovah (Allah Israel) sebagai Tuhan yang berinkarnasi di dalam diri Yesus Kristus.
PKS (Partai Keadilan Sosial) sebagai partai Islam totok mungkin tidak begitu mengerti lagu ini, sehingga akhirnya menjadi bully di medsos. Tapi, sebenarnya ada baiknya juga fenomena ini menjadi sebuah trigger untuk dialog kebangsaan berbasis agama Semitik.
Yahudi, Kristen, dan Islam adalah tiga agama besar yang berpusat secara historis kepada Ibrahim atau Abraham. Jadi, sebelum ada perbedaan-perbedaan yang muncul, ketiga agama ini secara historis tidak bisa memungkiri memiliki kepercayaan kepada “Tuhan” yang sama. Yaitu, Tuhannya Ibrahim atau Abraham.
Ketika pendekatan teologis dihilangkan, dan pendekatan historis lebih dikedepankan Yahudi, Kristen, dan Islam seharusnya bisa hidup lebih nyaman bersama-sama karena semuanya adalah anaknya bapak Ibrahim. Paling tidak dengan “kecelakaan kampanye” Anies-Sandi dan PKS ini justru membuka wacana kita semua untuk berfikir kebangsaan. Blessing in disguise.
Pendekar Solo
Coretan Lain:
- Saran Ganjar Untuk Duduk Bersama, Mereview Posisi Israel – Indonesia
- Nusantara Sebagai Titik Temu – Menjawab Globalisme, Nasionalisme, dan Tribalisme
- 19 April 2017 Akan Memperlihatkan Wajah Indonesia
- Awasi Berkembangnya Kristen Politik di Indonesia!
- Dalam Konflik Israel Palestina, Apa Yang Seharusnya Dilakukan Pemerintah RI?