Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Yaqut Cholil menyatakan dengan blak-blakan mendukung Ahok-Djarot terutama karena hendak melawan radikalisme. Sikap politik para pemuda ini bagaikan sebuah tempelengan ke Anies-Sandi yang didukung kelompok-kelompok radikal.
Istilah “sangat menolak” yang digunakan Cholil menandaskan bahwa GP Ansor tidak main-main dengan isu kesatuan bangsa. Bisa diartikan, Anies-Sandi dianggap sudah kelewat batas, sehingga membuat GP Ansor yang bisa dikatakan adalah barisan NU Muda meradang.
NU (Nahdatul Ulama) yang mengusung Islam Nusantara dalam berteologi adalah pilar NKRI yang dari waktu ke waktu selalu muncul untuk menyelamatkan bangsa dari perpecahan berbasis agama. Dukungan politik GP Ansor ini mengimplikasikan Anies-Sandi adalah pintu perpecahan bangsa, dan harus dihentikan.
Dengan jumlah Nahdliyin yang puluhan juta, melawan NU jelas merugikan Anies-Sandi sendiri. Bukan hanya di Pilkada DKI, tapi juga di karir politik kedepan.
Stigma boneka radikal, mencla-mencle, bahkan pemecah belah bangsa bukan hal yang gampang untuk dihilangkan. Sebuah harga yang seharusnya terlalu mahal untuk ukuran seorang Anies, bahkan Sandi.
Meskipun semua baru ditentukan 19 April 2017, manuver politik GP Ansor memberikan dorongan angin politik yang sangat kencang kepada Ahok. 30% pemilih yang “takut” memilih Ahok walaupun puas dengan kinerjanya mendapat kepastian teologis, praktis, sekaligus politis untuk memilih Ahok.
Apalagi perlu dicatat bahwa GP Ansor bukanlah barisan relawan yang hanya berkoar-koar di media sosial, mereka adalah banser-banser yang bergerak bagaikan panser Jerman di lapangan.
Terbukti, mereka bahkan membuka Posko di 47 tempat pemilihan (TPS) yang disinyalir rawan dengan intimidasi. Ini merupakan tandem yang luarbiasa dengan relawan-relawan medsos Ahok yang super militan.
Terlepas dari pilhan politik, kepentingan, dan juga selera, keputusan politik GP Ansor ini akan dicatat sejarah sebagai sebuah pembelajaran penting bagi politisi-politisi di Indonesia.
Jangan pernah bermain-main dengan politik SARA, bahaya transnasional yang mengintip akan menyatukan seluruh elemen kebhinekaan di Indonesia untuk melawan siapapun boneka yang dipasang didepan.
Ketegasan GP Ansor dan NU secara keseluruhan adalah sebuah angin sejuk yang menyegarkan ketika Indonesia sedang dilanda badai angin bau SARA. Kamsia GP Ansor, Kamsia NU. Tuhan memberkati, dan teruslah menjadi Rahmatan ‘lil Alamin.
Pendekar Solo
Coretan Lain:
- Buya Syafii Angkat Tongkat, Bahaya Radikalisme Masuk Siaga Satu
- Bagaimana Perasaan Ahok Hari Ini?
- Petarungan Cawapres 2024 Menunjukkan Peta Politik Indonesia
- Rekonsiliasi Seperti Apa Mas Anies?
- Indonesia Membutuhkan Ahok