Bau politik dalam kegaduhan Pildun U-20 tidak bisa terelakkan. Dari sisi yang kontra Israel untuk hadir diwakili dua kubu besar yang mewakili kelompok agama fundamentalis (PKS, FPI, dsb), dan dari kelompok ideologis nasionalis diwakili (PDIP).
Isu Israel-Palestina yang sangat sexy dimainkan setiap kali pemilihan umum, kali ini berkembang lebih keras. Faktor Bola, sekaligus akhir dari pemerintahan Jokowi membuat banyak narasi liar dari banyak kepentingan. Tapi sebenarnya kepentingan terbesar sebenarnya adalah kepentingan Jokowi sendiri.
Jokowi memiliki kepentingan untuk melanjutkan dinasti pemerintahannya melalui keluarganya (baca). Tidak bisa dipungkiri, Jokowi masih mau bermain. Gibran, Bobby, dan mungkin Kaesang berbondong-bondong masuk pemerintahan. Bukan hal yang salah, tapi perlu dicermati.
Duduk Bersama Indonesia – Israel
Terlepas dari hiruk pikuk pemilu 2024. Isu hubungan Indonesia – Israel menjadi sangat relevan untuk dibicarakan. Ganjar Pranowo karena elektabilitasnya yang tinggi menjadi signifikan ketika dia menyuarakan penolakan tim Israel untuk datang. Dalam interview dengan Mata Najwa (3/4/2023), Ganjar tetap kukuh untuk menolak karena alasan ideologi, konstitusi, dan legal.
Tetapi, menariknya, di interview yang sama Ganjar mengatakan sesuatu yang sangat signifikan. Dia menyarankan semua elemen bangsa untuk DUDUK BERSAMA, apabila memang menghendaki perubahan kebijakan politik Indonesia – Israel. Berikut adalah cupilkan:
Atau jangan-jangan kita harus MEREVIEW POLITIK LUAR NEGERI kita. Kita DUDUK kalau kalau begitu. Mari kita undang partai politik, tokoh bangsa, tokoh agama, DUDUK BERSAMA. (Ganjar Pranowo)
Or perhaps we should REVIEW our FOREIGN POLICIES. We are SITTING then. Let’s invite political parties, national leaders, religious leaders, SIT TOGETHER. (Ganjar Pranowo)
Survey LSI (Lembaga Survey Indonesia) yang terbaru memperlihatkan 71,3% rakyat Indonesia bisa menerima Israel (sumber). Hal ini luar biasa, Indonesia tidak “sepalestina” yang dibayangkan. Data ini seharusnya yang harus diviralkan.
Semua partai, juga para kandidat pemilu 2024, harus mengakui dunia sudah bergulir. Israel sudah menjadi bagian dari dunia. Memperjuangkan Palestina, dan menafikan Israel sudah bukan jalan diplomasi yang bisa ditempuh.
Dengan realitas ini, usulan Ganjar untuk “Duduk Bersama” adalah usulan yang berani dan logis. Akan maukah parpol, dan yang lain termasuk Jokowi untuk duduk bersama mereview hubungan Indonesia – Israel? Kemungkinan untuk itu hampir mustahil diwaktu dekat karena kepentingan faktor pemilu. Tetapi, kemungkinan terbuka dimasa depan sangat besar.
Gus Yahya yang sekarang adalah ketua PBNU, terlihat sudah membuka jalan untuk mereview hubungan Indonesia – Israel dari sisi tokoh agama. Kristen, Katholik, Budha, Hindu tidak memiliki alasan yang cukup kuat untuk menolak skenario pemulihan hubungan ini. Bahkan mungkin Kristen-Katholik termasuk yang besar mendukung pemulihan. Faktor teologis, dan kedekatan historis memperlihatkannya.
Yang perlu digarisbawahi dengan tinta merah. Tanpa legalitas yang jelas, maka semua hubungan Indonesia – Israel adalah hubungan yang ilegal dan inkonstitusional. Meskipun selama ini tidak diributkan, tetapi mengandung kemungkinan-kemungkinan politis yang bisa menjadi kegaduhan yang lebih besar.
Dengan duduk bersama, maka seluruh permasalahan legalitas ini bisa diselesaikan. Sehingga isu Israel-Palestina tidak bisa lagi menjadi pintu kegaduhan dalam negeri. Semoga ada pemimpin politik yang berani untuk memulai proses Duduk Bersama ini. Paling tidak usulan itu sudah dilontarkan. Saya doakan.
Pendekar Solo
Coretan Lain:
- Trinitas Politik Indonesia Terkini : PDIP, Jokowi, dan Ganjar Pranowo
- Hitungan Politik Jokowi : Ganjar atau Prabowo?
- Dua Orang Yahudi : Yesus dan Yudas
- Dalam Konflik Israel Palestina, Apa Yang Seharusnya Dilakukan Pemerintah RI?
- Mengapa FIFA Tidak Mendengarkan Presiden RI?