Menjelang dateline pendaftaran Capres – Wapres 2024, bau tak sedap semerbak keluar dari dua lembaga “sakral” anak kandung dari Reformasi 1998. Skandal menteri pertanian Syahrul Yasin Limpo dari Nasdem ternyata justru menyeret ketua KPK Firli Bauhri yang diisukan melakukan pemerasan terhadap SYL (baca: Bobrok KPK, Firli Bahuri, dan Dugaan Pemerasan SYL).
Disisi lain, manuver politik keluarga Jokowi dengan isu umur Cawapres yang mengggoyang Mahkamah Konstitusi (MK) terlalu mencolok. Rasa resah yang mulai ditunjukan pendukung-pendukung Jokowi yang asli sudah menjadi kritik terbuka. Pihak oposan sudah menggoreng isu ini menjadi gerakan politik. Politik “riang gembira” yang ditawarkan dan digembor-gemborkan justru terancam berat menjadi politik perang saudara,melalui drama devide et empera, plot pengkhianatan ala Brutus, sampai dagelan yang sudah kehilangan kelucuannya. Very sick scenario.
Posisi ketua MK yang adalah ipar Jokowi, dan paman si anak-anak jelas sangat sarat konflik kepentingan. Apalagi para penuntut yudisial review adalah parpol nol koma PSI, dan Garuda yang memang sedang mencari elektoral untuk masuk ke Senayan. Mereka melihat langkah ini akan mampu menambah suara mereka, apalagi PSI sudah terbeli Kaesang dkk. Syahwat mereka masuk Senayan melalui jalur keluarga Jokowi sudah tidak ditutupi. Political spirit in action!
Siapapun Mind Master dibelakang kekeruhan kasus di MK ini, memiliki kekuatan politik, keuangan, dan lobby yang sangat besar sehingga lembaga hukum tertinggi bisa sampai menggigil panas dingin. Legitimasi MK sangat penting dalam pemilu, karena ketidakpuasan akan hasil pemilu adalah sebuah keniscayaan. 2019 bahkan Prabowo cs sampai mendemo MK. Kehilangan marwah MK adalah harga yang sangat mahal bagi NKRI. What a Disgrace!
Saat ini, apapun keputusan MK, lembaga ini sudah tercoreng. Rakyat sangat menyesalkan sampai sejauh ini intervensi “the mind master”. Para ahli sudah mengeluarkan keresahaannya, tapi tampakya mereka tidak perduli lagi. Malu sudah mulai tidak ada tempat. Reformasi terancam gagal diujung perjalanan 25 tahun. Sebab itu, saya mengundang seluruh Silent Majority, yang #tegakluruskebenaran bukan yang lain untuk mulai ambil posisi, dan bersuara. Now Is the Time!
Sebuah catatan kecil, 2010 pesan Indonesia Baru diberikan, 2012 Jakarta Baru membuka pintu gerbang Indonesia Baru, 2014 kita semua melihat sebuah Harapan Baru, dan 2024 cerita itu belum selesai, harus dilanjutkan. His Story Continues!
Hanny Setiawan
Relawan Indonesia Baru
Coretan Lain:
- Memaafkan Ahok di Lebaran Kuda
- Kerusakan Moral Politik Indonesia Sudah Dilevel Akut
- Siapa Menyandera Jokowi?
- Pemilu 2024 : The Endgame Era Reformasi
- Indonesia Dalam Bahaya!