Pemilu 2024 : The Endgame Era Reformasi

Reformasi 1998 sudah berumur 25 tahun.  Mulai dari Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY, sampai Jokowi Indonesia telah gradually mencoba lepas dari bayang-bayang Orba (Orde Baru).  Puncak dari usaha Reformasi bisa dikatakan  ketika seorang Joko Widodo  muncul.

Joko Widodo alias Jokowi yang seolah mengingatkan kita kepada Widji Widodo alias Widji Thukul, penyair Solo yang “dihilangkan” dijaman Orba, telah secara meyakinkan mengalahkan Prabowo 2014, dan 2019 yang menjadi simbol Orba dan Cendana dalam duel Pemilu yang “morally brutal”

Pemilu 2024 Jokowi tidak bisa bertanding lagi, tetapi Prabowo masih.  Bahkan sampai hari ini Prabowo terlihat sedang menikmati arus balik politik Reformasi. Wiranto yang mencopot dia, mendukung.  Ketum Projo sampai menjadi Menteri Menkominfo pun berani mengatakan “belum menentukan posisi” artinya masih mungkin mendukung Prabowo.  Malam Suro (18/7) ini pun kembali ada geliat ketika seorang Budiman Sudjatmiko “mendatangi Prabowo” dan bermain lidah politik dengan mantan rivalnya di Orba.  Ada apakah semua ini?

Itu pun belum semuanya, yang menjadi sangat “aneh bin ajaib”, Jokowi sendiri terlihat jelas sedang membangun sebuah konstelasi politik baru yang apapun itu tidak bisa ditutupi karena kepentingan kelompok, terutama keluarganya.   Dan rakyat mencoba menutup mata, karena tingkat kepuasan atas kerja Jokowi hampir 1 dekade ini sangat tinggi.

Apakah 25 tahun usaha reformasi akhirnya akan sia-sia, dan bangsa ini kembali ke kelompok Orba melalui Prabowo?  To be fair, Prabowo bukan Soeharto dan 25 tahun bisa mengubah seseorang.  Tetapi resiko menyerahkan bangsa ini ke kelompok Orba bahkan seorang pangeran Cendana sangat teramat tinggi.  Akankah Widji Tukul “dihilangkan lagi”?

Hidup dari bayang-bayang masa lalu tidak sehat.  Tetapi kembali ke masa lalu setelah kita hampir garis akhir adalah kebodohan yang meyesakkan.

Pemilu 2024 adalah Endgame bagi pendukung Reformasi. Apabila 2024, semua unsur Orba bisa dikubur, maka mereka tidak akan bisa bangkit lagi selamanya.  Umur Prabowo sudah 71th, 2029 sudah 76th, dia adalah satu-satunya harapan untuk “kelompok Orba” menemukan momentumnya lagi.

Semua politisi tidak ada yang miskin, semua sudah dapat bagiannya.  Sebab itu, mengharapkan mereka benar-benar murni negarawan adalah sebuah kenaifan.  Mereka semua juga pedagang, yang pada akhirnya harus untung.  Semua dibiayaai APBN yang adalah uang rakyat.

Apa yang Tuhan berikan selama 25 tahun terakhir adalah karunia yang luar biasa.  Indonesia mampu bangkit dari keterpurukan 1998 dan mencapai posisi ini.  Bayang-bayang orba sudah hampir hilang. Slogan “pie enak jamanku to” sudah tidak muncul lagi saat ini.

Tetapi bahaya yang lebih besar muncul. Virus laten Orba yang terbesar adalah KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Dan virus itu saat ini terlihat tersebat disemua lini dan mencoba untuk membunuh Semangat Reformasi, menjadi semangat kompromi.

Biarkan tulisan ini menyentuh “Widji Tukul – Widji Tukul” yang lain, dan bersama-sama mulai bangkit kembali.  Dan bersama-sama menyerukan, “LAWAN!”  Biarlah 2024 adalah akhir dari Reformasi dengan tenggelamnya Orba untuk selama-lamanya.  Dan bangkit era yang baru bagi bangsa.  Yaitu, masa Transformasi disemua lini kehidupan sampai kita semua melihat dan mengalami Indonesia Baru.

Seperti kata HOS Tjokorominto, jangan lupa dua kata Hijdrah, dan Iqra.  Perjalanan Hidjrah bangsa ini dari Orba – Reformasi – Transformasi sudah mendekati kenyataan.  Perlu kita semua diingatkan kembali dan Iqra (membaca) sejarah lagi.  Karena History repeats by itself.

Just Me,
Hanny Setiawan
Relawan Indonesia Baru

Coretan Lain:

Please follow and like us: