Anies tidak lagi punya jalan lain. Dia harus bisa mendapatkan simpati dari “minoritas” setelah stigma Bapak Politik Identitas disandang akibat Pilkada DKI 2017 yang mencoreng muka politik Indonesia selamanya. Selama lima tahun, melalui BOTI dan upaya-upaya politis lainnya, Anies dan konco-konco mencoba mengembalikan brand Anies sebagai nasionalist.
Tetapi, Gerakan 212 yang menjadi panggung politik utama Anies-Sandi di 2017 tidak mudah dilepaskan. Akibatnya, selama lima tahun 2017-2022 bau 212 di Jakarta tidak dapat dibuang. Lebih parah lagi, secara strategis, Anies mencoba keluar dari bayang-bayang Ahok yang sudadah bekerja sangat baik, sehigga akhirnya pekerjaan riil di Jakarta menjadi terbengkalai.
Semakin buruk, Formula-E dan JIS yang “hanya sebuah event” digoreng untuk menjadi flasghip keberhasilan Anies di Jakarta. Blunder politik yang bukan hanya memperburuk Anies, tetapi bisa menjerumuskan Anies ke jaket Oranye KPK, kalau Firli cukup berani untuk membongkar event yang super ruwet tersebut.
Sebagai rakyat biasa, yang ingin “orang baik” ada diposisi di pemerintahan, saya sangat menyesalkan rangkaian periswita sejak 2017 yang membuat Indonesia menjadi tidak nyaman. Dan rasa sesak dihati itu semakin memuncak membaca berita Anies “kampanye dini” di Papua, dan di Yohanes-kan oleh sekelompok Kristen yang kurang jelas.
Tiket Nyapres
Meskipun PKS, dan 212 plus lingkarannya belum secara langsung mengusung “Yohanies” tetapi disosmed suara-suara mereka jelas mendukung Anies. Secara politis, terlihat jelas bahwa mereka bermain dua kaki. Mesin politik mereka tetap menjaga konstituen 212, sementara Anies lewat Nasdem mencoba mencari suara nasionalis terutama minoritas dan orang Kristen.
Apa yang dikatakan Ade Armando meskipun berbau “offs side”, saya melihatnya itu sebuah fakta yang kalau kita mau jujur adalah realitas politik. Selama Anies tidak diterima kelompok minoritas terutama Kristen/Katholik maka sekitar 15-20% akan menjadi suara strategis di Pemilu 2024.
Sebagai bagian dari “minoritas”, kebatinan yang saya rasakan bisa menjadi sebuah sampling sederhana yang seharusnya kelompok Yohanies perhatikan. Pilkada DKI 2017 sudah sangat melukai kami yang “dulu” berharap sebuah Tenun Kebangsaan dapat dirajut seorang Abw. Tapi 2017 sudah mengubur semua mimpi itu. Dan lima tahun luka itu tidak pernah disembuhkan tetapi terus diberi garam oleh Anies sendiri. Jadi ketika sekarang tiba-tiba dia mau kembali menenun kebangsaan itu, maaf mas “Kami Tidak Percaya Lagi”
Apakah Anies Tidak Termaafkan?
Dalam Konteks kemanusiaan, dan pertemanan, pintu Maaf selalu terbuka. Tetapi, masalah terbesarnya justru Anies tidak pernah merasa bersalah, dan tidak pernah meminta maaf. Ahok meskipun menurut saya melakukan tindakan Tidak Etis tetapi jelas dia sudah dikriminalisasi oleh Indonesia. Komisaris Pertamina adalah upaya permintaan maaf Jokowi buat Ahok. Kasus selesai. Dan perlu dicatat, Ahok minta maaf berkali-kali sampai sekarang. Fair!
Sebagai bagian dari “Silent Majority” saya memutuskan untuk tidak silent, dan tidak mau menggunakan media apapun kecuali Blog Pribadi ini untuk mengungkapkan isi hati dan pesan kepada Anies dan tim dibelakangnya. Termasuk “teman-teman Kristen” saya yang ada dibelakang Anies. Apakah yang kalian cari? Bukankan kita sudah sepakat untuk membangun Indonesia Baru? Indonesia Baru seperti apa yang kalian bayangkan, ketika saya dan 20% lainnya tersakiti dan kalian tidak melihat itu sebagai hal penting?
Sudahi politik Yohanies, jangan sentuh GEREJA TUHAN. Ketika kalian memainkan politik itu diagama kalian, saya cuma bisa melihat itu dengan miris, tetapi ketika kalian memainkan politik itu di agama saya, sekarang saya punya hak bersuara. Let My Church Go! Don’t Touch The Annointing! Pesan ini juga untuk keluarga Kristen saya, jangan nodai Salib dengan Politik Identitas.
Mimpi saya tetap, keyakinan saya teguh. Indonesia Baru! Bagi yang setuju dengan saya mari kita LANJUTKAN! Apa yang sudah dimulai sejak Solo Baru, Jakarta Baru, Indonesia Baru tidak boleh dibelokkan dan dirubah. Selesai!
Pendekar Solo
Relawan Indonesia Baru
Coretan Lain:
- Arti Politis Permintaan Maaf Rocky Gerung
- Rekonsiliasi Seperti Apa Mas Anies?
- Papua, Keluarga NKRI
- Indonesia Membutuhkan Ahok
- Jokowi, Ahok, dan Anies : 10 Tahun Perjalanan