Golput itu adalah “roh pilatus” yang cuci tangan dalam kondisi pilihan-pilihan yang sulit. Menariknya spirit ini melekat kepada orang-orang “baik” tapi picik. Picik karena tidak mampu melihat narasi Ilahi yang lebih besar.
*Kemurahan Tuhan*
Untuk bisa memilih secara demokratis adalah hak istimewa dan kemurahan Tuhan. Tidak memilih atau menganjurkan tidak memilih adalah hoax lain yang sebenarnya tdk kalah jahatnya dengan hoax Ratna Sarumpaet.
Daniel 2:21-22 (TB) Dia mengubah saat dan waktu, Dia memecat raja dan mengangkat raja, Dia memberi hikmat kepada orang bijaksana dan pengetahuan kepada orang yang berpengertian;
Dialah yang menyingkapkan hal-hal yang tidak terduga dan yang tersembunyi, Dia tahu apa yang ada di dalam gelap, dan terang ada pada-Nya.
Artinya, siapapun yang jadi pemimpin karena seijin Tuhan. Tugas kita adalah memilih yang terbaik sesuai dengan prinsip, petunjuk, dan hikmat Ilahi yang kita dapat.
*Hikmat Salomo*
Kisah Raja Salomo yang meminta bayi dibagi dua untuk dua ibu yang mengaku sebagai ibu kandung adalah kisah klasik yang tidak pernah lekang oleh waktu.
Kisah yang memberikan kita keyakinan bahwa dalam kondisi sesulit apapun tidak memilih bukanlah pilihan. Selalu ada pilihan Ilahi dan pasti adil dan baik hasilnya.
“Sebagai raja” kita harus selalu mengambil keputusan, termasuk dalam memilih pemimpin. Terutama dalam Demokrasi yang bergantung dengan pemilih, anak-anak Tuhan harus mengerti bahwa pilihan-pilihan kita ikut menentukan jalan cerita bangsa kita.
Sebagai terang dan garam, “teologi golput” tidak bisa fit in dalam usaha kita menjadi bagian dari solusi dan justru malah menjadi bagian dari masalah.
*Baasyir, Ahok, dan Demo Salibisasi*
Sebelum kasus Baasyir, pemilihan baju Koko yang religius oleh Jokowi memperlihatkan bahwa kondisi negara belum aman dari radikalisasi, dan intoleransi.
Ahok biarpun mau disebut BTP ataupun jadi mualaf atau menikah 1000 kali, tidak akan merubah sejarah bagaimana seorang Kristen Tionghoa telah bekerja keras bersih, transparan profesional dan tetap didemo u/ dijatuhkan.
Artinya negara ini sakit, dan perlu “diluruskan”. Kasus terbaru soal konblok di Solo dengan diakhirinya polemik melalui “cat ulang” memperlihatkan bahwa usaha meruwetkan dan merusak merusak negara ini tidak main-main.
Kondisi negara membutuhkan anak-anak Tuhan yang mengerti hatiNya dan bersama-sama mendeklarasikan semua keputusan pengadilan Ilahi. Bukannya menjadi pilatus-pilatus yang ikut menyalibkan Yesus.
Pendekar Solo
Coretan Lain:
- Jokowi Percaya Kehendak Tuhan!
- Pemerintahan Allah
- Masyarakat Indonesia Tidak Suka PENGKHIANAT!
- Mahasiswa Mau Kemana? Lupakan Saja #GejayanMemanggil, #IndonesiaNeedsYou Lebih Baik
- Menjadi Suara Kecil di Tengah Kegaduhan