Masyarakat Indonesia Tidak Suka PENGKHIANAT!

Pemilu 2024 ini berbeda suasana dari 2014, ataupun 2019. Menuju pemilu 2024, aroma sinetron drama Korea justru semakin menyengat. Narasi pengkhianatan semakin semerbak. Dan yang terbaru PSI mengkhianati konstituennya sendiri yang melalui Rembug Rakyat mendukung Ganjar, kemudian membatalkan.

Rakyat yang rembugan apa tidak marah dikhianati pemimpin mereka sendiri? Lebih gilanya lagi, dengan enteng Grace mengatakan, “PSI menyatakan bahwa keputusan akhir mengenai dukungan kepada bakal capres 2024 dikembalikan kepada Dewan Pembina dan Dewan Pimpinan Pusat PSI”  (Sumber).  Apa bedanya dengan yang mereka kritisi selama ini? Akhirnya semua keputusan elit?  Tapi anyway, itu cuma seupil cerita.

Sinetron Budiman Sudjatmiko semakin lebih lebay.  Menolak mundur, meskipun menolak keputusan partai. Pecatlah aku.  Membikin bingung, apakah ini BS yang dikenal, atau ini Raven alias Mystique di serial X-Men yang sedang berubah rupa.  Tak ayal lagi, cap Penkhianat tiba-tiba tertempel didada BS.  Dan apapun alasannya, dia happy dengan itu. Mengherankan, tapi itu realitas.

Dalam politik, dan sejarah negara-negara selalu ada cerita pengkhinatan. Yang mungkin paling terkenal adalah Brutus yang mengkhianati Julius Caesar dan Yudas Iskariot yang mengkhianati Yesus Kristus.  Atau dalam pewayangan, Sengkuni yang mengkhanati Destarata sehinga menjadi penyebab utama perang besar Bharata Yuda dalam cerita Mahabarata.

Masyarakat Indonesia sangat membenci Pengkhianatan. Label Sengkuni membuat Amien Rais, Anies, sebagai contoh sulit diterima sebagai “orang baik” dalam perpolitikan Indonesia. Setelah kasus-kasus berbau pengkhianatan dimasa lali. AR yang dianggap mengkhinatai semangat reformasi, ataupun Anies yang merusak kepercayaan relawan nasionalis karena Pilkada DKI 2017.

Prabowo pun sudah memiliki label “pengakhianat” karena melarikan diri ke Jordania setelah kasus 1998. Tapi dia lebih beruntung ada Jokowi yang menolong dia membersihkan namanya. Tetapi mayoritas masih tidak bisa menerima hal itu. Kisah yang lain lagi, Megawati dan PDIP sebagai pemenang pemilu ditelikung Poros Tengah sehingga akhirnya cuma jadi wapres, itupun karena Gus Dur yang membujuk.  Setelah itu Poros Tengah mengkhianati  Gus Dur dan mengembalikan Megawati.

Baca : Rekonsiliasi Gagal Prabu

Hasil Munas Golkar yang dikhianati Airlangga, atau Rakornas PAN yang dikhianati Zulhas membuat masyrakat Indonesia semakin muak dengan pengkhianatan.  Apakah begitu murahnya Budi Pekerti dan Moral politisi kita sekarang ini?  Dan isu pengkhianatan di Pemilu 2024 yang terbesar yang dihembuskan Gerindra dan Prabowo adalah bahwa Jokowi dan keluarganya akan mengkhianati PDIP dan relawan-relawannya.  Ini sungguh gila.

Pemilu 2024 seperti Ballroom tempat berdansa, kata Megawati kepada Jokowi. Ganti-ganti pasangan, berdua, atau bahkan bersama-sama untuk berdansa akan terjadi.  “Prediksi” Megawati kelihatannya akan dan sudah terjadi.  Mungkin Megawati lebih senior sehingga dia mengganti narasi pengkhiantan dengan dansa-dansa politik.  Entahlah, saya cuma rakyat biasa yang tertegun melihat bukan hanya ada bocah tua nakal, tapi pemilu 2024 dipenuhi dengan bocil-bocil yang suka bergonta-ganti pasangan.  Jijay ah.

Pendekar Solo

Coretan Lain:

Please follow and like us: