Online maupun offline, strategi kampanye Prabowo yang Pansos (Panjat Sosial) ke Jokowi semakin terlihat. Entah siapa konsultan kampanyenya, tapi stategi Prabowo terlihat semakin ingin menjadi Jokowi untuk meraup suara.
Baliho-baliho caleg Gerindra pun bertebaran tanpa malu memperlihatkan Prabowo yang berjabat tangan dengan Jokowi. Boro-boro gagasan, ide atau program, mereka hanya mencoba meraup suara dari pansos.
Efek sebuah pansos tanpa keotentikan tidak lama. Bahkan seperti virus menggerogoti keotentikan dari sang calon sendiri. Saat ini Prabowo hendak diperlihatkan bisa mengganti Jokowi yang suka blusukan. Sesuatu yang tidak mungkin. Kalau naik kuda mungkin, tapi blusukan itu bukan sifat alami Prabowo.
Prabowo yang lahir dari elite Orba hendak diganti baju menjadi sebuah tokoh kerakyatan. Rakyat kecil mana yang bisa percaya bahwa Prabowo itu mengerti kemiskinan, dan penderitaan. Berbeda dengan Jokowi yang memang lahir dari bantaran kali.
Saat ini Prabowo justru mengalami krisis identitas kepimpinan. Masyarakat tidak lagi tahu sebenarnya dia itu siapa? Yang bisa terbaca dengan gampang ialah Prabowo bermain di dua kaki. Dengan tetap menjaga konstituen lama sementara berusaha mencuri sebanyak mungkin suara pengikut Jokowi.
Dengan waktu yang cukup lama (sekitar 3 bulan) sebelum pencalonan resmi, kecanduan Pansos akan membuat Prabowo semakin defisit dalam membangun image posisi kepimpinan. Hal ini sebenarnya justru mengutungkan lawan-lawan politiknya, Ganjar dan Anies.
Prabowo Bukan Jokowi
2014 dan 2019 Prabowo menyerang secara langsung Jokowi, baiki program, fisik, strategi, dsb. Semua yang Bukan Jokowi adalah Prabowo. Bahkan ada istilah Asal Bukan Jokowi yang mereka mainkan dikampanye-kampanye.
Penggunan masif politik identitas, dan hal-hal yang tidak simpatik, sampai menolak hasil pemilu dengan demo yang membawa korban jiwa, memperlihatkan bahwa Prabowo sangat jauh dari identik dengan Jokowi.
Miskinnya gagasan, ide, program, serta kurangnya pengalaman dalam birokrasi, dan anggaran, membuat Prabowo sangat tidak memiliki rekam jejak yang bagus dalam kompetensi. Dan lebih parah lagi sebagai orang yang sudah sepuh, Prabowo jauh sekali dari mengerti kebutuhan generasi Bonus Demografi.
Bagaimana dari sisi Jokowi cs? Terlihat Jokowi benar-benar sudah ditahap “menikmati permainan”. Warna sebenarya Jokowi sebagai seorang politisi jawa tertular ke anak, mantu. Alih-alih mengkapitalisasi Jokowi, yang terlihat adalah sebaliknya. Jokowi menggunakan Prabowo untuk membantu mendongkrak posisi politik keluarganya. Bahkan ada kemungkinan, Jokowi mungkin sedang memainkan ilmu tertingginya “The Frog in Kettle” seperti yang pernah Ahok katakan. Kalau itu benar. Kita akan melihat “Swikee” dalam pemilu 2024.
Prabowo yang lagi rajin menyambagi Gibran, dan dibuat mainan politik Kaesang, mungkin sudah takut menghadapi Jokowi langsung. Sehingga yang dia bisa lakukan adalah mencoba menjadi Jokowi KW2. Kasihan sebenarnya. Yang menikmati adalah konsultan politiknya. Cuan besar.
Pendekar Solo
Coretan Lain:
- Hitungan Politik Jokowi : Ganjar atau Prabowo?
- Keanehan Logika Politik : Menerima Prabowo, Menolak Anies
- Blunder Kemarahan Prabowo Merusak Skenario Jokowi
- Petarungan Cawapres 2024 Menunjukkan Peta Politik Indonesia
- Arti Politis Permintaan Maaf Rocky Gerung