Bagaimana Mematahkan “Sihir Jokowi”?

Pemilu 2024 masuk masa yang berbahaya ketika 16 Oktober 2023 Mahkamah Konstitusi nekat meloloskan Putusan 90 dan membuka kotak pandora politik dinasti Jokowi. Isu utamanya, bukan lagi sekedar cawe-cawe Jokowi, nafsu kekuasaan, sakit hati, Megawati, atau PDIP.  Karena itu cuma narasi-narasi subyektif.  Tapi persoalan MK adalah persoalan hukum yang menjadi dasar berbangsa.

Dengan terdeligitimasinya MK, KPU, dan pemerintahan Jokowi maka Indonesia telah menjadi lameduck yang sesungguhnya. Dalam peperangan proxy global, terasa Jokowi telah menjelma menjadi globalist.  Dia tidak lagi marhaen yang kita kenal, tapi telah menjadi sebuah sosok menakutkan yang akan tega melakukan apapun, asalkan tujuannya tercapai.

Tapi 1 dekade lebih ini, Jokowi telah menjadi setengah dewa yang bagi para relawannya sudah dikultuskan.  Apalagi bagi relawan yang kecipratan duit atau jabatan. Lihat saja, 7 ketum parpol yang terlihat menurut secara aneh kepada Jokowi setelah segala caci maki, memperlihatkan bahwa seakan-akan ada kekuatan “sihir” Jokowi yang mampu menyirap.

Bahasa yunani yang menggambarkan situasi ini adalah βασκαίνω baskainō atau menyihir, dalam konteks false representation. Kalimat Paulus untuk orang-orang Galatia ini bisa menggambarkan, sbb:

“Hai orang-orang Indonesia yang bodoh, siapakah yang telah menyihir (βασκαίνω) kamu?” 

Lalu Bagaimana?

Kebenaran adalah dasar untuk mengambil keputusan.  Sebab itu kita harus kembali kepada kebenaran sehingga setiap usaha tipu daya politik siapapun. Dalam konteks NKRI, kebenaran diwakili oleh hukum.  Sebab itu siapapun yang mengubah hukum untuk kepentingan kelompok adalah kelompok yang akan membahayakan bangsa.

Artinya, masyarakat harus diedukasi secara masif bahwa manuver politik yang secara etika moral telah menodai MK, dan KPU adalah sumber masalah. Kita tidak boleh terjebak dengan sentimen-sentimen yang mencoba mengalihkan permasalahan bangsa yang sebenarnya.

Siapapun yang jadi calon, kita bisa dengan gembira akan memilih sesuai keyakinan masing-masing, apabila calon-calon terpilih secara legal dan etikal.  Dalam konteks pemilu 2024 ini, kegembiraan yang diharapkan itu sudah direbut oleh putusan MK itu.  Sebab itu rakyat harus bergerak dan mulai mengerti dan mau tahu bahwa keadaan Indonesia tidak sedang baik-baik saja.

Hari ini 25 Oktober 2023, Indonesia akan melihat gambar sebenarnya dari keadaan politik Indonesia. Suka atau tidak suka, sedih atau gembira, itulah keadaan Indonesia yang sebenarnya. James C. Collins dalam buku Good to Great mengingatkan kita bahwa kita harus berani untuk menghadapi fakta yang sebrutal apapun, sebelum kita bisa keluar dari jebakan “Keadaan Baik”

Fakta yang sebenarnya, Indonesia sudah terjerat dan dalam keadaan terpasung oleh penguasa.  Pilihan yang sangat berat. Dan perasaan kebatinan yang tidak baik.  Karena kita harus melawan yang selama ini kita anggap baik-baik saja.  Demi Tuhan, dan demi Indonesia!

Pendekar Solo

Coretan Lain:

Please follow and like us: