Indonesia Dalam Bahaya!

Setelah dua kali dikalahkan, akhirnya Prabowo dan konco-konconya saat ini bisa menyeringai melihat Jokowi satu keluarga jatuh ke titik nadir.  Saat ini posisi catur kalau dilihat dari nasionalis vs fundamentalis, maka terlihat nasionalis tersudut hebat.

Jaman orba para fundamentalis adalah kelompok yang dipelihara dan sekali-kali dilepaskan untuk keseimbangan.  Bagaikan herder penjaga regime yang harus selalu siap menerkam lawan ketika dibutuhkan.  Selalu dibuat lapar.

Kelompok fundamentalis mampu mengorganisasi diri dan mulai muncul dengan wajah-wajah yang lebih “nasionalis” dan mulai masuk ke relung-relung reformasi.  Era SBY, kelompok ini semakin menguat dan akhirnya menjadi pembelahan.  2014, kelompok ini menemukan Prabowo sebagai kuda tunggangan yang memang selalu haus kekuasaan.

Tak disangka, 2017 (Pilkada DKI 2017) sebelum waktunya, semua siasaat harus terbuka, Ahok menjadi martir ideologis, dan akhirnya pertempuran memuncak di 2019.  Sampai akhirnya berapa jiwa harus menjadi martir karena tidak menerima hasil keputusan MK 2019.

Anak-Anak Jokowi, Pintu Perpecahan

Kelompok-kelompok fundamentalis semakin tiarap dan mulai bergerak dalam senyap.  Bagaikan parasit, atau kanker mulai menggerogoti dari dalam.  Mereka mulai melihat bahwa Prabowo tidak akan mampu kalau sendirian, maka mulailah digarap yang kita tidak pernah pikirkan.  Yaitu, anak-anak Jokowi menjadi pintu masuk untuk mulai memecah kekuatan PDIP-Jokowi.

Teori lama Takhta, Harta, dan Wanita (3T) selalu ada disekitar konspirasi dan kejatuhan sebuah regime.  16 Oktober 2023, melalui putusan 90 Mahkamah Konstitusi, Jokowi jatuh secara ideologis, etis, moral, bahkan konstitusional.  Siapa yang paling bergembira, mereka yang selama ini tiarap dikegelapan.  Melalui antek-anteknya yang seakan-akan nasionalis, mereka mampu memecah menjadi dua.

Kekecewaan terhadap Jokowi dan anak-anaknya, kemarahan terhadap Paman MK, dan MK sendiri tidak akan terhindarkan.  Prediksi saya, akan terus memuncak karena dari grass root sampai intelektual semua mengecam.  Anggap aja prosentasenya pro-kontra 50-50, itu sudah 100jt lebih.  Dan bisa dibayangkan kalau ada yang mampu mengorganiser dan turun kejalan.  Indonesia dalam keadaan bahaya besar.

Kelompok nasionalis terpecah menjadi oportunis, dan idealis.  Kita pikir Jokowi akan dipihak idealis, ternyata dia hanya bagian dari oportunis.  Fakta menyedihakan ini harus diterima dahulu oleh para pendukung NKRI sejati.  Bukan soal menang atau kalah, pemilu 2024 adalah pertempuran ideologis dimana Indonesia dikepung oleh para oportunis dan fundamentalis.

Bagi rakyat biasa, dipikir Anies dan Imin adalah tempat persembunyian yang fundamentalis. Tetapi itu salah besar.  Sebagai contoh kasus, PSI dan PKS selalu di citrakan sebagai PKS itu fundamentalis dan PSI nasionalis.  Tetapi sebenarnya secara politis PSI ini jauh lebih berbahaya, karena “jenis kelamin” dari PSI ini tidak pernah dikenali.  PKS jelas ideologisnya, PDIP juga jelas.  Parpol2 lainnya juga jelas sejarah dan siapa dibelakangnya.  Tetapi PSI ini dengan gampang berubah wajah, dan ini sangat teramat berbahaya.

Grace, Kaesang dkk mereka ini tidak akan mampu melihat siapa yang menunggangi mereka.  Mereka hanya pion-pion yang dimainkan sebagai pisau bedah ahli.  Mereka sudah berhasil.  PSI masuk senayan atau tidak itu bukan tujuan.  Tujuannya adalah nasionalis pecah.

Dan yang lebih mengkuatirkan, virus ini masuk melalui orang-orang minoritas (Kristen-Katholik terbanyak) yang bagaikan kerbau dicocok hidungnya, diiming-imingi jadi caleg tanpa mahar, dan mimpi–mimpi kebangsaan.  Padahal mereka cuma decoy (umpan) untuk domba-domba masuk penyembelihan.

Setiap kalau ada perpecahan (devide et empera) disitu pasti ada tokoh intelektual dan pemecah belah.  Saat ini the winning team 2014-2019 sudah terpecah, dan mereka sudah menang satu langkah.  Apa yang nampak di permukaan hanyalah pertunjukan politik , apa yang terjadi sebenarnya adalah pembusukan NKRI dari semua lini secara ideologis, etis, dan moral.

Apakah pembusukan ini akan sampai puncaknya?  Kalau melihat trendnya, semua pemain sudah sampai di point of no return. Anies sudah jatuh di Pilkada 2017, Jokowi jatuh di putusan 90 MK 2023.  Prabowo sudah terlalu payah secara fisik.  Dia sudah out of date, dengan sang anak pun dia sudah “takut”.  Apa yang bisa kita harapkan?  Masihkah harapan Indonesia Baru itu berlanjut?

Saya hanya bisa mengerjakan apa yang bisa saya kerjakan.  Disela-sela waktu, disudut-sudut kamar, melalui tulisan ataupun langsung saya mencoba meyakinkan satu demi satu WNI Indonesia, bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan Indonesia.  Apapun yang sijahat rencanakan, Tuhan pasti lakukan yang terbaik.  Kita hanya perlu menjadi lilin kecil yang terus menyala ditengah kegelapan yang mulai menutupi bangsa kita.  Get well soon Indonesia!

Love,

Hanny Setiawan

Coretan Lain:

Please follow and like us: