Debat ketiga antar capres yang secara mengejutkan diwarnai dengan serangan Anies secara frontal kepada Prabowo telah terbukti menguntungkan Ganjar. Litbang Kompas menempatkan Ganjar yang teratas dalam sentimen positif 78%, dan Prabowo harus menelan pil pahit dengan realitas 50% sentimen negatif. Lebih parah, hampir semua pengamat menilai yang sama: Prabowo sudah out of date, dan out of touch.
Sudah jatuh, ketiban tangga, masih terinjak gajah, itu adalah peribahasa yang dapat menggambarkan posisi paslon yang sudah mampu membuat keluarga Jokowi dari jalur demokrasi selama ini. Wawancara , dan perilaku Prabowo paska debat adalah gajah yang menginjak-injak image Gemoy, dan “taubat politik” Prabowo selama ini.
Yang pertama, ketika Prabowo mengatakan kecewa dengan kedua paslon karena dianggap menggunakan isu pertahanan negara untuk menaikkan ranking politik, sebuah kesalahan komunikasi politik yang fatal sudah terjadi. Meskipun buzzer-buzzer berusaha membuat narasi “rahasia negara” yang tidak boleh dibuka, tetapi narasi dangkal itu terpatahkan dengan gampang.
Data-data yang diajukan Ganjar, maupun sentilan Anies adalah data-data umum dan publik yang bisa didapat dengan mudah. Tidak ada rahasia negara yang dipertaruhkan sama sekali.
Yang kedua, bukan hanya fatal tetapi sebuah blunder besar adalah kemarahan Prabowo yang tidak bisa ditahan terhadap Anies sehingga dia tidak mau menyalami. Dan Prabowo yang asli muncul ketika dia mengatakan “Dia nggak datangi saya, saya lebih senior” Pernyataan ini menghancurkan skenario Jokowi yang menempatkan anaknya Gibran, yang jauh lebih muda dari Anies atau Ganjar sendiri.
Artinya, dapat dibaca masyarakat, bahwa Gibran tidak akan pernah dapat mengoreksi, mengawal, bahkan bekerja sama sejajar dengan Prabowo. Gibran hanya akan menjadi Fadli Zon, Bahlil, Dahnil, dan pembantu-pembantu politik yang lain.
Kekuatan politik Jokowi yang hanya tinggal di posisi Presiden akan hilang setelah turun, Prabowo akan menjadi penguasa tunggal NKRI. Panglima tertinggi yang tidak akan pernah mau menyalami yang lebih muda, apalagi dikoreksi dan bekerja sama.
3 kali debat telah membuat banyak masalah elektoral di paslon 02 terutama di Prabowo. Didebat pertama, Prabowo melahirkan “Ndasmu Etik.” Didebat kedua, Prabowo “cengkiwing” (pegang secara kasar) krah baju Bahlil. Didebat ketiga, Prabowo memunculkan masalah tidak mau salaman, marah, sampai kepada “omon-omon”yang tidak jelas, sampai diksi “goblok” setelah debat yang muncul.
Jokowi sendiri bahkan sampai membuat pernyataan ke publik supaya format debat dirubah lagi karena dianggap menyerang personal. Publik semakin bingung, dan heran, karena semua materi yang ada adalah materi umum pertahanan, tidak ada yang menyerang pribadi Prabowo.
Litbang Kompas memperlihatkan 10% akan berpindah suara karena debat. Sekitar 3-5% elektabilitas Prabowo dapat tergerus. Mimpi satu putaran semakin jauh dari kenyataan. Rakyat tidak hanya menilai, tapi suara rakyat adalah Suara Tuhan yang harus kita jaga bersama.
Hanny Setiawan
Founder Solo Mengajar
Coretan Lain:
- Hitungan Politik Jokowi : Ganjar atau Prabowo?
- Petarungan Cawapres 2024 Menunjukkan Peta Politik Indonesia
- Arti Politis Permintaan Maaf Rocky Gerung
- Penerapan Dialektika Hegel Pemilu 2024
- Keanehan Logika Politik : Menerima Prabowo, Menolak Anies