Ideologi LGBTQIA – A Lesson Learned

Hasil midterm election USA masih on the way, tapi secara umum yang bisa terbaca adalah USA sudah jatuh dititik nadir secara nilai-nilai sosial budaya

Amerika yang sekarang adalah Amerika yang sama sekali berbeda dari apa yang pernah kita lihat. Minimal yang saya dan alami dan lihat 25 th lalu.

Virus LGBTQIA telah menghancurkan sendi-sendi bangsa yang awalnya dibangun atas dasar nilai-nilai Judeo Christianity.

Amerika sekarang ini semakin menyerupai Greeco-Roman Empire dimana Helenisme telah mempenetrasi Romawi dan berhasil mempertahankan budaya Yunani tetap hidup.

Kerajaan Romawi hanya membangun fisik, tetapi budaya Romawi mati. Yunani menguasai Romawi tanpa memiliki kerajaan Yunani.

Model helenisme ini terus hidup. Romawi sudah mati, tapi nilai-nilai Greeco-Roman masih terus berpindah dari satu kekuasaan, kepada kekuasaan yang lain.

LGBTQIA adalah manifestasi dr Greeco-Roman values yang sudah menjadi budaya baru Amerika. Ideologi radical humanis telah menjadi proxy alat politik global yang masuk lewat LGBTQIA, Climate Change, Woke Movement, Cancel Culture dan aktifitas-aktifitas sosial justice lainnya.

Bagaimana Amerika bisa jatuh?

Sistem pendidikan! Semua dimulai dari rasionalisme yang overdosis. Sehingga Tuhan mulai kehilangan tempat di pendidikan. Tuhan dibuang ciptaanNya diruang-ruang ibadah dan seminary untuk didiskusian dan menjadi nostalgia.

Manusia dengan pongahnya menyatakan Science is nothing to do with GOD! Terjadilah seperti iman mereka. Saat ini science sudah menjadi GOD bagi Amerika.

In God We Trust, telah menjadi In Science We Trust! Amerika sedang menuai apa yang telah ditabur selama ini.

Dan dari semua sistem pendidikan itu kegagalan ideologis ini dimulai dari berbeloknya pendidikan-pendidikan teologi dari pendidikan untuk membangun iman, menjadi pendidikan untuk membangun babel.

God is In Control

Apa yang direkakan untuk kejahatan, dipakai Tuhan untuk kebaikan. Globalisme helenis modern membuka pintu masuk pintu-pintu bangsa.

Highway-highway sedang dibangun. Pax Romana yang menjelma menjadi Globalisme yang semula disiapkan untuk mempentrasi bangsa-bangsa demi kepentingan Politik Kekuasaan, dibalik Tuhan akan untuk memberitakan Good News kepada segala suku, kaum dan bahasa.

Tidak ada yang baru dibawah matahari kata Salomo. Disaat seperti inilah the remnant, nameless, faceless generation sudah siap diposisi masing-masing. Dan tiba-tiba Yusuf, Daniel, Esther, dan “Anak-Anak Allah* akan dibangkitkan for such time as this.

Roma 8:19 (TB) Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan.

Lord, One More Time!

Hanny Setiawan

Coretan Lain:

Please follow and like us: