Menjadi Suara Kecil di Tengah Kegaduhan

Koh kok sekarang sering ngomong politik?  Sebuah pertanyaan yang masuk ke inbox membuat berfikir. Benar juga ya, sudah hampir 5 tahun terakhir sangat aktif di medsos mengikuti perkembangan politik, negara, sampai aktor-aktor politiknya. Tapi setelah flashback, dan mulai direnungkan, ternyata sejak SMP sudah suka mengikuti politik, tapi tidak tahu saja bagaimana menyalurkan “kesenangan ini”

Pagi-pagi baca koran sebelum berangkat sekolah, ga lazim mungkin bagi anak SMP, tapi ternyata sarapan yang sangat disukai. Karena cukup mampu waktu itu, langganan koran sampai 3, ada Kedaulatan Rakyat atau KR, Kompas, dan Sinar Harapan.  Jadi bisa dibayangkan betapa informasi-informasi media menjadi makanan otak sehari-hari.

Tapi itu semua sebelum adanya medsos, sekarang, setelah adanya medsos, letupan dari hati bisa dengan gampang ditorehkan di twitter, fb, atau blog sendiri.  Pokoknya mudah dan ada rasa  menyenangkan di hati karena merasa bisa menjadi SUARA KECIL yang diperhitungkan ditengah kegaduhan informasi yang merusak.

Menjadi SUARA bagi bangsa ini, itulah rupa-rupanya yang menjadi panggilanNya.  Sekecil apapun suara yang diperdengarkan, ternyata mampu menggerakkan tulang-tulang kering yang berserakkan menjadi sebuah pasukan yang besar. Asalkan itu suara yang digerakkan Tuhan.

Sebagai corong Ilahi bagi bangsa ini biarpun hanya melalui tulisan-tulisan sederhana ternyata menjadi sebuah kenyamanan hati yang sulit untuk diceritakan. Mungkin inlah yang disebut panggilan Ilahi? Apabila sudah dipanggil, tidak bisa kita lari kemanapun.  Pilihannya hanya dua, Ya atau Tidak.  Dan saya pilih untuk taat saja.  Ku jawab Ya Tuhan untuk menjadi Suara Kecil bagi Indonesia Baru.

Pendekar Solo

Coretan Lain:

Please follow and like us: