Mendekati Pendaftaran dan pemilihan capres cawapres 19 Oktober 2023-25 November 2023 untuk pemilu 14 Februari 2024, manuver-manuver politik semakin meningkat. Awalnya, saya pikir model koalisi-koalisi hal yang perlu diganti, karena sangat vulgar kepentingang-kepentingan bermain. Tetapi, ternyata buat masyarakat umum, dengan sistem “nego-nego” terbuka lebih menguntungkan untuk pengawasan publik.
Hubungan Nasdem – Anies yang “berbau BTS”, Sandi yang “membeli tiket antrian” dari PPP, Eric Thohir yang me-leverage PSSI sampai tuntas-tas-tas, Prabowo yang mati-matian melamar cinta Gibran, dan ditolak orang tua, atau permainan kelas tinggi Jokowi – PDI-P dengan para relawan-relawan yang jadi pion-pion yang manut, dan jangan lupa bagaimana Demokrat di goyang gerak tanpa bola mbak Puan yang cantik ciamik. Semuanya itu, secara vulgar bisa disaksikan masyarakat, tidak ada yang tertutup. Apik kita bisa ikuti terus.
Dari sinetron politik Indonesia ini, ada satu pertanyaan yang belum terjawab. Mengapa Anies takut menentukan Cawapres? Dan terlihat hanya AHY yang memang fit dengan narasi mereka. Kalau Anies menentukan AHY, selesai sudah satu tahap, dan tinggal fokus untuk memenangkan kontestasi. Alih-alih, tim Anies malah terus rame dan ribut soal isu dijegal. Bukankah semua otoritas ada sepenuhnya di Anies untuk menentukan Cawapres, “Katanya”?
Fenomena ini memperlihatkan bahwa ada yang mengikat Anies untuk tidak memilih AHY. Siapapun dibelakang Anies tidak menghendaki AHY, dan hal ini justru memperlihatkan tidak bebasnya Anies dalam mengambil keputusan-keputusan strategis. Bisa dibayangkan apabila terpilih. Beda sekali dengan GP yang lebih bebas sekarang, karena dia membereskan semua kebutuhan legal dengan partai, relawan, dan para stakeholder.
Bagaimana dengan Prabowo, hampir sama dengan Anies tapi lebih beruntung karena pilihan-plihannya lebih banyak: PKB, Golkar, bahkan PAN. Tapi terlihat dia pun terkunci di cawapres. Artinya, isu “petugas partai” adalah omong kosong politik pihak oposisi bahkan politisi baru seperti Ade dan PSI yang menggoreng isu demi kepentingan elektoral.
Ketakutan Anies & Prabowo memperlihatkan kekuatan oligarki yang sebenarnya. Mereka terkunci kepentingan-kepentingan politik praktis, yang berorientasi profit kelompok. Sementara itu, keberanian GP dalam mengambil sikap setia kepada PDI-P justru memperlihatkan dia berani melawan oligarki, the invisible hands, yang mencoba mencuri dari Banteng Merah. Ketakutan Prabowo
Pendekar Solo
Coretan Lain:
- Petarungan Cawapres 2024 Menunjukkan Peta Politik Indonesia
- Rocky Gerung Memperlihatkan Realitas Pemilu 2024
- Mengapa Umat Kristen Lebih Mendukung Ahok Daripada Hari Tanoe?
- Arti Politis Permintaan Maaf Rocky Gerung
- Blunder Kemarahan Prabowo Merusak Skenario Jokowi