Panggilan untuk bisnis (wirausaha) bukanlah panggilan kelas dua. Sama dengan pendeta, dokter, pengacara, pejabat publik, atau guru semua profesi adalah penting dalam hitungan kerajaanNya.
Sayangnya pengertian ini tidak sampai ke mayoritas orang percaya. Gereja lebih percaya pengertian hirarkhis dimana pendeta adalah tokoh sentral yang mewakili umat kepada Tuhan, dan profesi yang lain profesi pendukung.
Pengertian yang sudah bertahun-tahun dihidupi sehingga akhirnya lahirlah clergy-based church atau gereja yang digerakkan oleh kependetaan dan tim pastoral (biasa disebut fulltimer). Gereja dengan model pelayanan seperti ini tidak serta merta dikategorikan gereja sesat, tapi bisa disebut gereja tradisional.
Dalam dunia modern, manusia sangat bergantung kepada sistem. Semua disistemkan, di bisnis, mulai dari akuntansi, keuangan, pemasaran, produksi, sampai strategi pun ada sistemnya. Di politik, organisasi nir laba, bahkan di komunitas sederhana pun semua ada sistem dan aturan.
Tanpa disadari, sebenarnya disinilah letak peperangan yang esensi dalam mengiring Tuhan. Tuhan punya sistem sendiri, dan cara sendiri. Kadang termanifestasi dalam bentuk sistem yang kita pakai sekarang, tapi juga sering Tuhan bergerak di luar sistem yang ada.
Tatkala sistem yang ada berlawanan dengan gerak Tuhan, maka kita akan kesulitan memilih. Semakin pandai, dan berpendidikan, ironisnya akan semakin sulit untuk terus percaya bahwa Tuhan diatas sistem dunia, sebagus apapun dunia itu.
Tuhan memimpin melalui Roh Kudus dan Firman yang tertulis (Alkitab) adalah dasar yang hampit semua aliran kekristenan percaya. Apabila kita terus berpegang dengan prinsip itu kekristenan akan bersinar dengan sangat terang disetiap segmen kehidupan.
Artinya, bagaimana Tuhan memimpin di bisnis hal itu sama dengan bagaimana Tuhan memimpin mencari istri, memilik sekolah, pekerjaan, bahkan sesederhana memilih lagu untuk pujian.
Roh Kudus akan terus berbicara untuk mengajar, mendidik, dan membimbing kita sesuai hati dan pikiran Yesus sendiri (Yoh 14, 16). Tugas kita adalah mendengar dan melakukan (hear and obey). Itulah dasar yang teguh yang dikatakan Yesus pertama kali dibukit (Mat 7).
Dalam konteks bisnis, kita bisa bayangkan bagaimana kalau Roh Kudus bicara dalam memutuskan strategi bisnis, membuat rancangan marketing/sales, mendesain brosus, membuat produk baru, sampai strukturisasi keuangan. Perusahaan yang langsung di pimpin Roh Kudus pasti akan memberkati sekaligus profitable. Tingkat kesulitan membangun bisnis seperti ini hampir dilevel mustahil.
Realitas lapangan, logika dan hikmat manusia lebih sering mendominasi bagaimana kita bergerak dalam bisnis daripada pendekatan “Tanya Roh Kudus”.
Didepan mata mungkinta kita melihat proyek yang menggiurkan, tapi Roh Kudus bicara, jangan diambil Nak, karena itu bukan bagianmu. Apakah itu akan mudah bila terjadi? Super sulit. Bukan hanya membutuhkan iman, tapi juga keberanian untuk melawan arus yang ada.
Tidaklah salah apabila Paulus mendefinisikan dengan jelas bahwa orang yang dipimpin Roh Kudus disebut anak-anak Allah (Rom. 8:14). Dengan jalan kita terus berdialog dengan Roh Kudus maka kita akan semakin mengenali “bahasaNya”, dari sana kita terus mengalir bersama aliran Tuhan bukan saja di bisnis tapi disemua aspek kehidupan.
Hanny Setiawan
Coretan Lain:
- Pertemuan Profetis di Tempat Kerja
- Konstruksi Teologis Bisnis Kerajaan
- Bekerja Dalam Dimensi Kerajaan
- Mulai Ngelantur, Buzzer Jokowi Menyerang Agnez Mo
- Imajinasi Tuhan, Kreatifitas Tanpa Batas