Sama Iman belum tentu sama pilihan. Menarik untuk.diteliti. Psikologi elektoral dalam demokrasi adalah pusat suara yang dimainkan.
Sebab itu agama/identitas menjadi elektoral yang paling menggiurkan. Satu iman, seharusnya satu pilihan. Tapi ternyata tdk semudah itu.
Yang tdk kalah menyilaukan, adalah elektoral kepentingan. Disini para bohir.dan uang didepan. Sing penting yang cuan mana itu yang dipilih. Pragmatis? Gpp. Bawaslu paling cuma memberi peringatan..oops.
Yang ketika adalah elektoral emosional dan personal. Yang ini jangan dilawan. Karena wong edan itu bebas. lol.
Setiap elektoral dimainkan oleh para calon. Artinya kita adalah customer yang disuguhi marketing dan iklan politik. Yang asli adalah histori dan rekam jejak.
Diakhirnya, siapa yang kita pilih adalah refleksi dari siapa kita. Pilihan kita adalah “cermin iman” kita. Believe it or not.
Pilihan kita adalah “cermin iman” kita.
Just me,
Hanny
Coretan Lain:
- Takut Bukan Berarti Tidak Percaya
- 3 Dimensions of Truth
- Tuduhan Kristenisasi Propaganda Murahan Politikus SARA
- Perjalanan Iman, Cinta, dan Panggilan
- Relawan & Kepentingan Politik