Perjalanan Iman, Cinta, dan Panggilan

Waktu 10 tahun tak terasa telah berlalu. 26-27 Juli 2007, saya menikahi seorang gadis jelita bernama Yanty Yoyanto setelah hampir 35 tahun membujang. Sebuah penantian yang panjang dan tidak semua bujangan  “betah” untuk menunggu. Tapi itulah cerita 10 tahun lalu yang lalu.  Bagaimana dengan cerita yang sekarang?

10 tahun  berlalu, tidak ada complain apalagi regretyang bisa dikatakan. Pernikahan kami berjalan dengan baik, 2 putri diberikan Tuhan kepada kami , yaitu Tiffany Chisari Setiawan (9th) dan Giovanni Shekina Setiawan (2th). Semuanya berjalan dengan normal sesuai dengan apa yang dibayangkan waktu bujang. Lalu apa menariknya cerita kami?

Mungkin tidak ada menariknya, tapi ternyata “kenormalan” itu justru hal yang menarik untuk dibahas dan dibagikan. Mungkin tidak semua tertarik, tapi paling tidak bisa menjadi catatan kecil bagi yang membutuhkan.  Terutama, bagi yang tertarik untuk tetap hidup dalam panggilan, sekaligus tetap berjalan mengarungi bahtera samudera cinta.

****

Kurang lebih 32 tahun ikut Tuhan, berjalan dalam pergerakan rohani, terutama pelayanan muda-mudi, mendengar kata “menikah” adalah sebuah trauma tersendiri.  Sudah menjadi rahasia umum, setiap kali habis menikah maka tiba-tiba para aktivis pergerakan akan mundur teratur sampai pada akhirnya hilang.

Setelah itu, memilik anak, dan setelah anak-anak cukup dewasa maka orang-orang ini akan muncul lagi dipermukaan. Bahkan, kadang siklusnya lebih cepat lagi, belum menikah pun sudah “menghilang” karena alasan klasik, kerja.  Itulah “normalnya” pelayanan muda-mudi.

Inilah sebabnya, pergerakan kepemudaan dianggap sebelah mata dalam pelayanan gereja lokal.  Hubungan Gembala dan pengurus Youth yang tidak sinkron adalah salah satu bukti nyata bahwa pelayanan kepemudaan belum dianggap sebagai bagian utuh dari strategi pembangunan Tubuh Kristus.

Para Gembala/pemimpin/majelis/penatua/pembela sidang mengerti benar siklus umum diatas yang sayangnya dianggap sebagai sesuatu yang normal dalam gereja kebanyakan.

Disinilah saya memberanikan diri untuk membuka lebih banyak dengan catatan kecil ini, membuka rahasia sederhana bagaimana mengubah siklus hidup dari naik, turun, naik menjadi naik, naik, naik.

Dengan kata lain, perjalanan iman, sekaligus cinta selama 10 tahun terakhir yang saya anggap normal ternyata tidak normal. Saya menyadari bahwa ternyata hidup saya tidak normal dibanding kebanyakan orang banyak.

***

Kenormalan yang menjadi ketidaknormalan perjalanan biduk rumah tangga yang saya arungi terletak di terhubungnya antara pelayanan, pergerakan, kerja, dan kehidupan sehari-hari menjadi satu kesatuan.

Rupa-rupanya ini adalah kasih karunia yang Tuhan berikan dan saya hidupi sebagai panggilan. Sehingga puji Tuhan, tanpa disengaja saya menemukan rahasia bagaimana perjalanan iman kita tetap naik, tanpa harus mengalami turun, terutama dimasa hubungan, pernikahan, dan keluarga. Jadikan semua faktor didalam hidup kita menjadi satu misi, sebuah penyelarasan total!

Ketika pelayanan mengarah ke timur, pegerakan ke barat, pekerjaan ke utara, sementara keluarga ke selatan, maka bisa dibayang stress dan kegilaan yang terjadi.  Jadi memang intinya kita harus berani menyelaraskan hidup kita ke satu misi, tidak bisa banyak. Bahkan dua pun akan membuat pusing hidup kita.

Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya. (Yak 1:8)

Memilih pekerjaan, pasangan, bahkan pelayanan dan gereja lokal adalah kunci apakah kita akan tetap dalam misi Tuhan atau tidak. Panggilan pada dasarnya adalah posisi tetap kita dalam misi Ilahi pembangunan Tubuh Kristus, Ekklesia.

Artinya, panggilan tidak bisa berubah-rubah, yang bisa dirubah adalah seluruh faktor disekeliling hidup kita. Itulah yang disebut alignment atau penyelarasan.  Membutuhkan keteguhan iman untuk tetap teguh dalam posisi yang sudah disiapkan Tuhan bagi kita.

Posisi inilah yang secara legal akan memberikan kita otoritas rohani. Seperti posisi presiden, jendral, sampai lurah memperlihatkan otoritas yang mereka miliki. Lurah yang paling hebat dan berkuasa, dengan camat pun akan tunduk. Itulah kekuatan otoritas.

Pekerjaan, pelayanan, pernikahan, dan keluarga yang selaras akan membawa kita kepada posisi rohani yang solid dan membawa kepada level rohani yang Tuhan mau.

Puji syukur, saya merasakan itulah yang Tuhan sudah berikan selama 10 tahun ini.  Pasangan hidup dan keluarga yang membawa saya kepada otoritas rohani yang lebih tinggi.  What a blessing!

Tidak ada maksud untuk mengatakan keluarga saya yang terbaik dan paling rohani dimuka bumi, tapi paling tidak saya bisa bersaksi bahwa bukan hanya saya diberkati istri dan anak-anak cantik dan baik, tapi keberadaan mereka membawa saya lebih baik. Tidak turun tapi terus berapi-api melayani Tuhan.

Hanny Setiawan
A blessed husband and father.

Coretan Lain:

Please follow and like us: