Not Valid Until Accepted

A gift is not valid until it is accepted. Early in the 19th century, a man named George Wilson killed a government employee who had caught him robbing the mail. He was tried and sentenced to hang. However, President Andrew Jackson sent him a pardon.

But Wilson for some unknown reason refused to accept it and no one knew what to do. The case went to the United States Supreme Court. Chief Justice Marshall wrote the decision: “A pardon is a slip of paper, the value of which is determined by the acceptance of the person to be pardoned. If it is refused, it is no pardon. George Wilson must be hanged.”

And he was. The acceptance of God’s forgiveness does not become valid until it is accepted and passed on to others. We must ask for salvation. We must want it. We must seek it. That is our part in the synergy of God’s grace with our free will.

Translation:

Hadiah tidak berlaku sampai diterima. Pada awal abad ke-19, seorang pria bernama George Wilson membunuh seorang pegawai pemerintah yang memergokinya merampok surat. Dia diadili dan dijatuhi hukuman gantung. Namun, Presiden Andrew Jackson mengiriminya pengampunan.

Tetapi Wilson untuk beberapa alasan yang tidak diketahui menolak untuk menerimanya dan tidak ada yang tahu apa yang harus dilakukan. Kasus ini dibawa ke Mahkamah Agung Amerika Serikat. Hakim Agung Marshall menulis keputusan: “Pengampunan adalah selembar kertas, yang nilainya ditentukan oleh penerimaan orang yang akan diampuni. Jika ditolak, tidak ada pengampunan. George Wilson harus digantung. ” Dan dia pun akhirnya digantung.

Penerimaan pengampunan Tuhan tidak menjadi valid sampai diterima dan diteruskan kepada orang lain. Kita harus meminta keselamatan. Kita harus menginginkannya. Kita harus mencarinya. Itulah bagian kita dalam sinergi kasih karunia Tuhan dengan kehendak bebas kita.

Sumber : Philokalia: The Bible of Orthodox Spirituality

Anthony M. Coniaris, Philokalia: The Bible of Orthodox Spirituality, 1998, p. 181.

Coretan Lain:

Please follow and like us: