Hari Ke-1
Yesus Hikmat Allah
tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. (I Kor 1:24)
Kej 1:1 dan Yoh 1:1 memperlihatkan bahwa titik awal dari kehidupan kita sebagai manusia adalah Tuhan, sang Logos. Sebagai ciptaan kita hanya bisa mengenali apa yang dinyatakan atau diwahyukan (revealed). Apa yang terjadi sebelum, dan setelah kehidupan yang kita kenal (bios) adalah sebuah kehidupan kekal (zoe) yang diluar kemampuan nalar manusia, dan hanya dimengerti dengan iman (Ibr 11:1).
Kehidupan kekal yang transenden, dan kehidupan dunia yang imanen dan fana adalah dua dunia yang sangat berbeda. Dunia yang sebelum ada dosa (Kej 3) menjadi satu, harus terpisah menjadi dunia yang tidak saling mengenal. Yang pertama adalah dunia yang sempurna, dan yang kedua adalah dunia yang rusak (broken world). Kedua dunia ini semakin lama semakin terpisah dan tidak bisa saling mengenali.
Dalam kondisi yang tidak kondusif tersebut kita harus hidup sebagai pengikut Yesus. Kita ada di dunia yang rusak, tapi sebagai ciptaan yang baru (II Kor 5:17) kita secara realitas iman sudah hidup dalam kerajaan AnakNya. Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih (Kol 1:13).
Kita hidup dalam dunia (in the world), tapi bukan dari dunia (of the world). Bahkan, Roma 12:2 memperlihatkan bahwa kita tidak menjadi serupa (conformed) dengan dunia. Yesus sendiri mengatakan kita bukan dari dunia ini (Yoh 15:19), dan kerajaanNya bukan dari dunia ini (Yoh 18:36). Yohanes pun menguatkan untuk tidak mencintai dunia ini. Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. (I Yoh 2:15).
Jurang pemisah ini tidak bisa terselesaikan oleh perbuatan manusia. Karena manusia adalah bagian dari dunia yang sudah rusak. Kita semua yang lahir setelah kejatuhan dosa, tidak lagi mengenali dunia yang sempurna.
Untuk itu, Manusia Yesus Kristus sebagai pengantara Allah dan manusia (I Yoh 2:5) menjawab kebutuhan manusia untuk bisa hidup dalam dunia yang rusak, dengan cara yang baru yang tidak rusak, yaitu caraNya. Inilah yang disebut Hikmat (σοφία, sophia).
Paulus dalam I Kor 1:18-31 membandingkan antara hikmat duniawi, dan hikmat Allah. Yang bodoh dari dunia, dengan hikmat Allah bisa mempermalukan orang-orang berhikmat dari dunia (I Kor 1:27). Peradaban Yunani-Romawi saat itu mewakili puncak ilmu pengetahuan dunia sangat mengagungkan sophia dunia. Tapi dihadapan Hikmat Allah, ternyata hikmat dunia tidak dapat disejajarkan. Apa yang lahir dari dunia yang rusak, tidak pernah bisa sempurna.
Yesus adalah kekuatan dan hikmat Allah (I Kor 1:24). Berbeda dengan pola pikir Yunani-Romawi, hikmat Allah bukan hanya sebuah ilmu pengetahuan, gagasan, ide, ataupun cara berfikir tapi sebuah Pribadi yang memiliki pikiran, dan perasaan (Fil 2:5).
Untuk memiliki Hikmat Allah, kita tidak hanya belajar sebuah ilmu pengetahuan secara rasional, tetapi lebih kepada pengenalan (γινώσκω, ginōskō) kepada Pribadi Yesus.
Keintiman, dan hubungan yang pribadi dengan Yesus akan membuka rahasia Allah (Kol 2:2) yang adalah sumber dari segala ilmu pengetahuan, dan peradaban yang benar. TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka. (Maz 25:14).
Dalam dunia yang rusak, kita bisa hidup sehari-hari seperti orang biasa dengan hikmat dunia, dan semua bisa terlihat baik, bahkan berhasil. Itu narasi pertama yang bisa kita pilih. Atau kita memilih untuk mengenal, dan bergaul dengan Pribadi Yesus melalui Roh Kudus dan FirmanNya sehingga bisa memiliki pengetahuan, pengertian, dan hikmat yang sempurna untuk membangun sebuah peradaban yang baru. Peradaban Kerajaan Surga.
Hikmat Allah adalah seorang Pribadi, bukan sebuah gagasan rasional.
Coretan Lain:
- Jokowi Percaya Kehendak Tuhan!
- Dua Orang Yahudi : Yesus dan Yudas
- Posisi WNI Kristen Dalam Polemik Israel Palestina
- Mengartikan Kepergian Ratu Elisabeth
- Redemptive Destiny Indonesia, Nusantara, dan Asia Tenggara