Mengartikan Kepergian Ratu Elisabeth

Dunia kembali terkejut.  Tepat setelah pandemi Covid19 mulai mereda, dan dunia mulai terbuka, “sang tanda jaman” abad ini, Ratu Elizabeth II dari Inggris meninggal dunia (96th) di hari Jumat (9/9/2022).  Ratu Elizabeth telah menduduki posisi sejak umur 25 tahun, selama 7 dekade, 70 tahun (sumber).

Bersama Billy Graham yang meninggal 4 tahun lalu (21/2/2018) diumur 99th, kedua tokoh beda jalur ini memegan peran penting di abad ini.  Menarik untuk diperhatikan, Billy Graham meninggal sebelum pandemi, Ratu Elizabeth setelah pandemi.  Kepergian keduanya seakan-akan menutup pintu yang lama, dan membuka pintu yang baru.

Bagi yang mengikuti kalender tertua dunia, Yahudi, bulan ini akan memasuki pergantian tahun sipil Rosh Hashanah dari 5782 ke 5783.  Dan menariknya lagi, pergantian tahun kali ini adalah pergantian tahun periode 7 tahunan atau yang dikenal Sabbat, atau Shemitah.  7 tahun sudah berlalu, dan 7 tahun kedepan sudah menunggu.

Perubahan Strategis 1 Abad

Musim berganti, manusia berganti, tapi maksud Tuhan tetap.  Dalam pasar uang dan saham ada yang disebut aspek fundamental.  Bagi strategis dibidang apapun, melihat fundamental adalah sebuah keharusan.  Kepergian ratu Elisabeth harus diartikan sebagai perpindahan era baru sudah termanifestasi di kehidupan riil.

Pemerintahan, korporasi, bahkan gererja pun harus berubah. Karena era sudah berubah. Perubahan kali ini adalah perubahan strategis periode 1 abad.  Sebab itu sangat signifikan!  Inggris sampai hari ini masih menjadi lingua franca (bahasa global) dunia.  Sama ketika Yunani – Romawi berkuasa bahasa Yunani menjadi lingua franca bagi dunia.  Artinya pengaruh kerajaan Inggris terhadap global dunia sangat fundamental.

Negara-negara modern Timur Tengah (Middle East) pada dasarnya adalah negara-negara “buatan Inggris”.  Tidak banyak yang paham bahwa, setelah Inggris pergi, Middle East dibagi-bagi kaplingnya. Israel dan Palestina pun kebagian, tetapi Palestina menolak.  Itu awal sumbu permasalahan.

Dan sampai saat ini bangsa Kurdi termasuk yang tidak dapat kapling, sehingga masih “nebeng” di Iran, dsb.  Diaspora Kurdi ini meskipun Islam, tapi sangat menghormai Israel, karena kagum dari diaspora menjadi negara berdaulat. Itulah kerindan bangsa Kurdi.  Memiliki bangsa sendiri. Tapi isu ini tidak diangkat di dunia politik, karena tidak menguntungkan “bandar”.

Pangeran Charles yang sekarang menjadi King Charles III sudah menunggu waktu yang lama untuk menduduki singgasana Inggris, akankah dia mampu? Dari riwayat kepimimpinannya, pangeran Charles dengan Diana, dan isu dengan Camelia, anak-anak yang ga rukun, sampai isu tidak sedap persoalan Jeffry Epstein (percabulan anak global), bisa dikatakan Charles bukanlah pemimpin yang kuat.

GBP, dan Euro yang ambles melawan keperkasaan Dollar memperlihatkan bahwa Inggris dan Eropa sudah semakin terpuruk.  Secara ideologis mereka bukan lagi “kristen tradisional” tapi sudah dikuasai oleh globalis liberal sehingga peta Inggris dan Eropa sekarang semakin jauh dari peradaban barat awat, malah semakin mendekati Timur Tengah karena invasi dari imigran-imigran.

Sekali lagi kita melihat, ketika suatu bangsa meninggalkan Tuhan, maka peradaban bangsa ini akan semakin jatuh.

Era baru sudah dimulai, seperti Yes 6:1. Ketika raja Uzia mati, maka Yesaya dibawa Tuhan untuk melihat masa depan.  Ini waktunya Gereja Tuhan untuk naik lebih tinggi, dan belajar melihat, 7 tahun kedepan, bahkan 100 tahun kedepan, apa yang Tuhan sedang rencanakan.  Bukan sekedar untuk menunggu Tuhan datang, tapi menyiapkan jalan bagi Tuhan datang!

Ready or Not, the time has come!  The Big Shift!

Hanny Setiawan

Coretan Lain:

Please follow and like us: