Politisasi Natal Monas di DKI paska Pilkada SARA 2017 semakin pekat baunya. Dengan tidak malu lagi para politisi bermain mata dengan para rohinawan Kristen. Kecut, tapi it’s happening.
Hashim Djojohadikusumo, politisi sekaligus pebisnis Gerinda yang dengan dingin terus menekan natalan politik ini terjadi. Diberitakan bahwa dia sambangi Balaikota DKI “menemani para pendeta”, katanya.
Hashim mengaku kedatangannya bersama sejumlah aras gereja itu untuk menyatakan dukungan terhadap perayaan Natal bersama yang akan digelar Pemprov DKI di Monas. Dia mengaku datang hanya sebagai pendamping. (sumber)
Memang begitulah politisi, menggunakan berbagai cara demi kekuasaan. Bisa kiri, bisa kanan, bisa LGBT, bisa radikal, bisa santun, bisa kasar, pokoknya menang dan dapat posisi.
Kemenangan di DKI membuat para politisi oposisi terutama Gerindra, PKS, plus kelompok Jusuf Kalla benar-benar me-leverage DKI untuk Pilkada 2018, dan Pilpres 2019. Dan untuk konteks politik, itu tidak melanggar hukum dan ok saja. Biarkan saja.
Baca : Natal DKI Dipolitisasi, Akankah Petinggi Gereja Membiarkannya?
Tapi begitu menyentuh GerejaNya, kita patut mempertanyakan “para pendeta” yang menurut Hasyim yang “didampingi”. Kalau para pendeta ini memiliki hati nurani sudah sepatutnya Natal di Monas jangan dilakukan. Minimal tidak sekarang, karena sekarang ini jelas adalah sebuah upaya politik untuk meredam efek Pilkada SARA 2017, terutama kelompok 212.
Perselingkuhan antara rohaniwan dan politikus adalah virus kehidupan yang sejak jaman kuno sudah menjadi kekuatan yang dahsyat dalam menjajah masyarakat.
Bahkan Yesus pun disalib karena para rohaniwan (para Farisi) dan Iman-Iman yang lebih suka membebaskan penjahat Barabas daripada Yesus yang tidak bersalah.
Inilah wujud dari roh Agamawi yang terjadi karena manifestasi ajaran yang menyimpang disebabkan ajaran yang terkamiri ragi Farisi. Di lain pihak, ajaran yang disimpangkan ragi Herodes telah membangkitkan roh Izebel yang mengintimidasi, manipulasi, gairah palsu, dan penuh kebohongan.
Perselingkuhan kedua “spirit” ini semakin kuat ketika roh Mammon yang di hidupkan melalui ajaran yang disimpangkan ragi Saduki menjadi motor utama yang mendorong dua kelompok pertama.
Bisa dibayangkan, komplit. Ketika roh Agamawi, Izebel, dan Mamon berjalan bersamaan dan menghina tubuh Kristus dengan menggunakan ajaran-ajaran menyimpang karena fokus kepada kekuasaan (ragi Herodes), kebenaran palsu (ragi Farisi), dan kesuksesan duniawi (ragi Saduki).
Para Pendeta perlu diingatkan terus, tugas pemimpin rohani dalam Kekristenan adalah Gembala sekaligus Bapa rohani. Memberikan terbaik untuk domba-dombaNya bukan mendayagunakan, dan memobiliasi untuk kepentingan politik kekuasaan.
Peringatan nabi Maleakhi berikut biarlah mengingatkan kita semua untuk BERTOBAT.
Murka TUHAN terhadap para Imam
Mal. 2:1 Maka sekarang, kepada kamulah tertuju perintah ini, hai para imam!
Mal 2:2 Jika kamu tidak mendengarkan, dan jika kamu tidak memberi perhatian untuk menghormati nama-Ku, firman TUHAN semesta alam, maka Aku akan mengirimkan kutuk ke antaramu dan akan membuat berkat-berkatmu menjadi kutuk, dan Aku telah membuatnya menjadi kutuk, sebab kamu ini tidak memperhatikan.
Mal 2:3 Sesungguhnya, Aku akan mematahkan lenganmu dan akan melemparkan kotoran ke mukamu, yakni kotoran korban dari hari-hari rayamu, dan orang akan menyeret kamu ke kotoran itu.
Mal 2:4 Maka kamu akan sadar, bahwa Kukirimkan perintah ini kepadamu, supaya perjanjian-Ku dengan Lewi tetap dipegang, firman TUHAN semesta alam.
Mal 2:5 Perjanjian-Kudengan dia pada satu pihak ialah kehidupan dan sejahtera dan itu Kuberikan kepadanya–pada pihak lain ketakutan–dan ia takut kepada-Ku dan gentar terhadap nama-Ku.
Mal 2:6 Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya dan kecurangan tidak terdapat pada bibirnya. Dalam damai sejahtera dan kejujuran ia mengikuti Aku dan banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan.
Mal 2:7 Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan TUHAN semesta alam./p>
Mal 2:8 Tetapi kamu ini menyimpang dari jalan; kamu membuat banyak orang tergelincir dengan pengajaranmu; kamu merusakkan perjanjian dengan Lewi, firman TUHAN semesta alam.
Mal 2:9 Maka Akupun akan membuat kamu hina dan rendahbagi seluruh umat ini, oleh karena kamu tidak mengikuti jalan yang Kutunjukkan, tetapi memandang bulu dalam pengajaranmu.
Politisasi Natal di Monas adalah puncak kesabaran Tuhan. Jangan sentuh Tubuh Kristus, karena GerejaNya adalah kesayanganNya. Biarkan para politisi manuver sekehendak mereka, selama masih dalam koridor hukum Indonesia, tapi secara etika, moral dan sosial, GerejaNya harus berani berkati TIDAK, untuk politisasi Natal. Yang setuju, wartakan ini ke pendeta kalian masing-masing!
Pak, stop now, or God will stop you!
Penulis : Hanny Setiawan
Coretan Lain:
- Bikin Agama Baru, Why Not?
- Pelajaran Sebuah Kapsul Kosong
- Melawan Distraksi, Menghidupi Arti
- Ketidaksiapan di Musim Menuai
- Perjalanan Rohani Ahok di Penjara