Tuhan bergerak dari musim ke musim. Dari kronos ke kairos, menuju ke kronos yang lain. Ada musim menabur, dan ada musim menuai. Setiap musim, yang dibutuhkan adalah ketergantungan mutlak kepadaNya. Kehendak Tuhan adalah yang terutama, tidak penting apa yang kita mau, yang terpenting adalah apa yang Dia mau.
Mazmur mengatakan orang yang menabur dengan airmata akan menuai dengan sukacita. Artinya, Tuhan pastikan apa yang kita kerjakan selalu ada upahnya. Bukan hanya anugerah, kemurahan, dan rahmat, tapi Tuhan secara adil memberikan kembali apa yang sudah kita tabur. Tuhan tidak pernah berhutang kepada siapapun.
Tuhan bergerak dalam legalitas yang sempurna, Dia tidak pernah dan tidak bisa menyimpang dari apa yang sudah dikatakanNya. Sebab itu, kita bisa percaya 100% bahwa Tuhan tidak akan lupa dengan semua jerih payah dan apa yang kita kerjakan untukNya.
Tapi menjadi ironis, ketika musim menuai tiba, dan kita tidak ada ditempat dan tidak siap menuai. Inilah kasus-kasus yang memprihatinkan kita semua. Mengapa tidak siap? Karena sudah tidak percaya lagi dengan visi, mimpi, dan tujuan yang ada sehingga digress atau menyimpang.
Pohon jagung akan terlihat hasilnya dalam waktu relatif cepat 3 bulan atau lebih sedikit. Tapi bisa dibayangkan ketika kita harus menanam buah kelapa, dan menunggu bertahun-tahun pohon itu berbuah. Kadang frustasi, dan tidak tahan membuat kita menyimpang dan mengambil keputusan praktis.
Persistensi atau ketekunan membuahkan hasil yang otentik dan asli. Tapi karbitan dan jalan cepat selalu melahirkan sesuatu yang menyimpang. Musim menuai adalah pesta bagi kita yang bertekun, tapi airmata (baca: karena menabur lagi) bagi orang yang menyimpang.
Sangat penting kita selalu mengerti musim Tuhan dan ikut mengalir didalamnya. Kita harus terus percaya bahwa meskipun manusia tidak melihat, tapi Tuhan melihat. Meskipun ketika kita dahulu hanya menabur ditempat-tempat yang tidak mendapat spotlight, tapi Tuhan tetap tidak pernah melupakan.
Yang terpenting adalah selalu menjaga hati dalam setiap musim. Musim boleh berbeda, musim boleh berganti, tapi hati tetap hanya Tuhan semata.
Di gunung maupun dilembah, susah maupun senang, tertindas ataupun promosi, hati kita cuma terpaut kepada 1 hal. Biarlah kehendakNya yang jadi, di bumi seperti di surga. Apakah kita siap menuai?
Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.
(I Kor. 15:58)
Hanny Setiawan
Coretan Lain:
- Melawan Distraksi, Menghidupi Arti
- Nekat Natalan Politik di Monas, Apa Maunya Para Pendeta?
- Menjawab Panggilan Ilahi
- Pelajaran Sebuah Kapsul Kosong
- Perlukah Ahok Kembali ke Politik?