Kematian Yang Membuka Misteri Yesaya 19

Alm. Pdt. Israel Nehemia Rudy Setiawan adalah nama dari papi saya.  Tanggal 18 Mei 2020, babe R, itulah sebutan yang seringkali kita anak-anak ataupun jemaat di Gereja Bethany Indonesia Jemaat El-Bethel Solo Baru (Baca : Bethany El-Bethel) memanggil dia.

Setelah hampir 20 tahun ditinggal pergi alm. Pdm. Rossetti Ging, akhirnya Babe pulang Rumah dan bergabung dengan saksi-saksi di awan (Ibrani 12:2), yaitu keluarga di Surga.  Perpisahan yang cukup membekas bagi kami keluarga, dan jemaat yang ditinggal. Mereka sudah pergi, tapi cerita mereka masih berlanjut.

Saya digerakkan untuk menuliskan tentang mereka ini karena 30 Juli 2020 atau 7 Av 5780 di kalender Israel ada sesuatu yang signifikan secara global, yaitu dilepaskannya visi Yesaya 19 ke Tubuh Kristus secara universal.  Tiba-tiba jutaan orang mulai terbuka arti penting Yesaya 19 23-25 untuk menjawab doa Yesus di Yoh 17.

Yes 19:23  Pada waktu itu akan ada jalan raya dari Mesir ke Asyur, sehingga orang Asyur dapat masuk ke Mesir dan orang Mesir ke Asyur, dan Mesir akan beribadah bersama-sama Asyur.
Yes 19:24  Pada waktu itu Israel akan menjadi yang ketiga di samping Mesir dan di samping Asyur, suatu berkat di atas bumi,
Yes 19:25  yang diberkati oleh TUHAN semesta alam dengan berfirman: “Diberkatilah Mesir, umat-Ku, dan Asyur, buatan tangan-Ku, dan Israel, milik pusaka-Ku.” 

Kepergian Dengan Sukacita

Kepergian alm. mami yang cukup mendadak karena kanker pankreas tidak bisa dilepaskan papi, mungkin sampai akhir hidupnya. Satu hal yang selalu diulang dalam cerita adalah bagaimana papi dihiburkan dengan ayat Yes 55:12, bahwa Tuhan membuka mata rohaninya bagaimana kepergian seorang percaya dalam Tuhan.

 Sungguh, kamu akan berangkat dengan sukacita dan akan dihantarkan dengan damai; gunung-gunung serta bukit-bukit akan bergembira dan bersorak-sorai di depanmu, dan segala pohon-pohonan di padang akan bertepuk tangan.  (Yes 55:12)

Dan cerita yang kedua adalah bagaimana Tuhan memperpanjang umur mami setelah didiagnosa kanker seperti Hizkia (II Raj 20:6), dan diberi kesempatan untuk ikut wisuda S2 saya di US, dan menikahkan kakak saya Denny.  Cerita itu terus diulang-ulang.  “Sampai nglonthok” dalam bahasa Jawa.

Saya sendiri memang heran melihat kehidupan mami, seorang ibu biasa tapi sangat diberkati, dan disayang banyak orang, juga yang membawa seluruh keluarga ke Kristus, dan secara ajaib dibawa Tuhan ke Korea di tahun 1989 bersama alm. Pdt Yahya Setiawan (om Siong Ie Kepunton), dan Pdt. Obaja Setiawan yang sekarang menjadi Gembala salah satu megachurch di Solo dan Indonesia GBI Keluarga Allah, dan Pdt. Yakub Nahuway yang menjadi gembala di gereja besar juga di GBI Mawar Saron Jakarta.  Ada sesuatu yang “tidak wajar” dalam kehidupan dia.  Yang dikemudian hari saya mengerti itulah yang disebut panggilan atau mandat Ilahi.

Kepergian Yang Supranatural

Cerita kepergian Mami memberikan gambaran bagaimana kehidupannya tidak bisa dipisahkan dari papi walaupun sudah meninggal.  Dan sampai pada akhirnya hidupnya, secara supranatural, saya mendapatkan mandat Yesaya 19 melalui kematian papi.  Ajaib.

10 hari terakhir selama papi di Rumah Sakit, saya seakan dibawa Tuhan untuk melihat sesuatu yang sangat besar, tapi tidak tahu itu apa. Tapi suatu malam, mungkin 2-3 hari sebelum kepulangan papi, saya diingatkan soal Hizkia yang diperpanjang umurnya.  Saat saya diingatkan kisah itu, mata saya terbuka bahwa Hizkia menghadapi raja Asyur, Sanherib, sebagai tantangan yang terbesar.

2 Taw 32:16  Dan masih banyak lagi yang diucapkan pegawai-pegawai Sanherib itu menentang TUHAN Allah dan menentang Hizkia, hamba-Nya.
2 Taw 32:17  Ia menulis juga surat yang penuh cela dan hujat terhadap TUHAN, Allah Israel, bunyinya: “Sebagaimana para allah bangsa-bangsa segala negeri lain tidak dapat melepaskan bangsanya dari tanganku, demikian pula Allah Hizkia takkan dapat melepaskan bangsa-Nya dari tanganku.”

Seperti kisah Nehemia yang membangun tembok dan dihina Sanbalat dan Tobias (Neh 2:10.19), maka Hizkia diejek, diintimidasi, dan menjadi sangat ketakukan karena suara-suara bising tersebut.  Seperti sengatan-sengatan kalajengking, sangat meyakitkan hati perkataan-perkataan itu.  Dan saya diingatkatkan Luk 10:19, “Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu.”

Kata kalajengking itu membawa saya kepada ayat-ayat di Wahyu 9:3-5 tentang roh kalajengkin yang menyiksa manusia.  “Roh Asyur” ini sangat jahat, tapi selama ini tidak pernah saya perhatikan. Karena mata rohani hanya tertuju kepada Firaun dan sistem babel.  Ternyata, kekaisaran Asyur (Assyrian Empire) adalah kekaisaran terbesar pertama didunia sebelum semua ada.

Pesan-pesan Ilahi yang sangat cepat dalam 2-3 hari itu semakin membuat terkejut ketika menemukan pendukung teologis maupun historis bahwa Asyur kuno kemungkinan besar berakar dari suku Akkadian yang secara dongeng mempercari raja kalajengking (King of Scorpion) yang sampai difilmkan.

Semua tanda-tanda, dan pesan-pesan itu akhirnya membawa saya untuk diingatkan Yesaya 19.  Selama ini saya cuma melihat Israel dan Mesir sebagai asal dari Ishak dan Ismael, tapi tidak begitu menganggap penting Asyur.  Ternyata, Asyur memiliki peran yang sangat penting dalam rencana Global Ilahi.

Masih banyak detil-detil lagi tentang Asyur yang Tuhan bukakan, tapi intinya sama bahwa saya dibawa Tuhan untuk melihat apa yang papi hadapi secara spirit selama ini, dan memberi tahu bagaimana cara mengalahkannya, sekaligus meninggalkan pesan dan mandat yang harus diselesaikan setelah ini, Jalan Raya Yesaya 19 (Isaiah 19).

Selama 4 tahun, papi bergumul dengan Tuhan di Pnielnya melalui sakit ginjal, sebab itu ketika akhirnya dia meninggal, dengan mata kepala saya sendiri saya melihat dia terpelecok kakinya, dan tetap memegang Malikat Tuhan.  Sebab itu kami sekeluarga sepakat memberi nama baru kepada papi Israel.  Bahkan menutup peti mati dengan bendera Israel.  Karena kami yakin seperti Yakub yang hidupnya  mungkin banyak masalah dan tantang, tapi justru Tuhan memilih Yakub untuk disebut Israel, bukan Abraham atau Ishak. Dia sudah bergumul dan sudah menang di Pniel-nya sendiri.

Kebetulan, Cocoklogi, atau Mandat Ilahi?

Sebelum Covid19 lockdown, saya diijinkan Tuhan masuk rumah sakit.  Sebelumnya, di hari raya Purim, saya melihat impresi seakaan-akan kedua orang tua saya itu mengangkat kedua tangan saya (saya tidak percaya roh orang mati, tapi saya percaya pesan profetis), dan seperti mengatakan “Jangan takut”.   Itu cukup membuat saya kaget.

Setelah Covid19, dalam 5 bulan terakhir, justru dalam lockdown, secara rohani Tuhan bukakan semua jalan, dan mendapatkan banyak pembukaan.  Dan secara supranatural mulai terkoneksi dengan Middle East, dan Israel, Mesir dan Asyur.  Bukan sekedar bersentuhan, tapi benar-benar hidup dalam mimpi Yesaya 19.

Sebab itu bisa dibayangkan ketika di hari yang menurut orang Israel adalah hari kemalangan (9 Av) dimana Bait Suci dihancurkan dua kali jaman Nebukadnesar dan Titus, tetapi justru visi Yesaya 19 di lepaskan secara global keseluruh dunia. Sebuah pengalaman rohani tersendiri bagi saya.  Karena selama ini saya ternyata disiapkan untuk sebuah pangggilan yang khusus.  Dan kedua orang tua saya, dalam ketidaktahuan mereka, dan kesederhaan mereka, dipakai Tuhan untuk menyiapkan saya “for such time as this”.

Saya semakin mantap untuk menyelesaikan pertandingan Ilahi dengan menghidupi Yesaya 19 sebagai fokus dan panggilan.  Keluarga Abraham harus dipulihkan kembali.  Keturunan Hagar, Sarah, dan Ketura akan dikembalikan Tuhan menjadi satu keluarga.  Dan bagian saya hanyalah titik kecil dari mosaik Tuhan yang besar, tapi itu cukup untuk membuat hidup saya berarti.

Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.
Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.  (Fil 1:21-22)

Kalau disebut kebetulan, ataupun cocoklagi, hidup saya berarti penuh dengan kebetulan dan kecocokan.  Tapi saya bisa menunjukkan lebih banyak lagi kebetulan-kebetulan yang lain, yang saya yakin adalah jejak-jejal Ilahi bagaimana Tuhan menuntun saya sampai dititik ini.  Sebuah awal dari perjalanan dan pertarungan panjang untuk menyelesaikannya.  Tapi itu hak istimewa.  What a day!

Hanny Setiawan

Coretan Lain:

Please follow and like us: