Menemukan Tuhan Di Tempat Kerja, alm. Nehemia Rudy Hartanto

Terkejut.  Kata yang mungkin terlalu sederhana untuk melukiskan apa yang terjadi hari ini.  Seorang teman kerja, dan sudah menjadi bagian dari keluarga besar SMI (sekolah Musik Indonesia), Rudy Hartanto meninggal dunia secara mendadak.

Sekitar 8 tahun yang lalu, saya diperkenalkan dengan Rudy sebagai orang yang akan membantu SMI, “kalau koh Hanny cocok saja ya”, itu pesannya singkat yang saya terima.

Saya ajak alm Rudy untuk makan siang di Rumah Makan Paradiso, Solo Baru, saya lupa dia makan apa, tapi cukup banyak, hanya itu yang saya ingat.  Kalau saya selalu makan sate ayam ditempat itu, jadi tidak lupa.

Selama kurang lebih 2 jam, saya membagikan visi, misi, mimpir, nilai-nilai akan SMI (Sekolah Musik Indonesia) yang dia dengar dengan seksama.  Saya interview, ternyata tidak tahu apapun soal dunia musik, entertainment, atau pendidikan. Tapi, saya masih ingat impresi pertama saya, dia seorang yang sangat detil, dan manajerial.

“Bagaimana koh?”,  itu pertanyaan yang muncul di blackberry (belum musim WA waktu itu). Saya pun menjawab apa adanya, dan saya sense memang Tuhan mau dia menemani saya di waktu itu keadaan SMI sedang terkena badai besar karena “kena rampok”.

Sejak itu, sampai meninggalnya hari ini, Rudy tidak pernah pindah kerja lagi, dan selalu bersama SMI. Dalam 8 tahun bersama SMI, Rudy sudah jadi Regional Manager Solo-Jogja, kemudian terakhir di SMI Semarang Gg. Pinggir.  SMI berhutang dedikasi Rudy yang telah memberikan 8 tahun hidupnya untuk mimpi Raising a New Generation of Indonesia.

Dari Rudy Menjadi Nehemia

Selama di Solo, Rudy yang mengalami banyak hal di pekerjaan yang terdahulu, menemukan sebuah harapan baru.  Rudy dengan caraNya yang ajaib menemukan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, dan akhirnya memberikan dirinya dibaptis di Bethany Solo Baru (2012), dimana saya waktu itu masih sebagai Wakil Gembala Sidang.

Ketika alm. Pdt. Nehemia Rudy Setiawan, papi saya, Gembala Sidang waktu itu memberikan nama baptis yang sama dengan dia yaitu Nehemia, si Pembangun Tembok dalam Kitab Suci.

Rudi adalah “buah sulung” SMI secara rohani.  Dan dia ikut membantu membangun tembok Joglosemar (Jogja-Solo-Semarang).  27 Agustus 2020 ketika SMI Family Gathering 2020 diadakan, berdoa untuk mengucap syukur selama Pandemi Tuhan terus menjagai keluarga SMI.  Rudy masih ada disana, dan membawa tim SMI Semarang Gang Pinggir untuk ikut berdoa.

Saya kirim satu kalimat profetis dari Ambon disaat-saat terakhirnya dia WA dengan saya.

Dan dia menjawab yang terkahir, “Amin, tq koh Hanny buat acara Doa Bersama nya hari ini 😇”

Perubahan dari seorang Rudy menjadi Nehemia adalah perjalanan panjang selama 8 tahun.  Masih ingat di benak saya, dia mengikuti Fire Conference 2012, Great Awakening, di Tawangmangu, dia maju altar call untuk Pemulihan Hati Bapa.  Dan untuk pertama kalinya saya melihat Rudy yang tegar menangis, dan mencari Tuhan.  He touched his heart for sure!

Perjalanan perubahan karakternya tidak mudah, tapi terlihat dia selalu berusaha menjadi lebih baik setiap kali bertemu.  Berkali-kali saya bertemu Rudy di Jogja, atau kalau ke Semarang selalu saya cari dia hanya untuk bertanya, “Bagaimana istrimu, bagaimana anakmu, kegeraja tidak, dan selalu mengingatkan berhenti merokok”, sisanya kita guyon dan makan bersama.

Pesan Profetis Kepergian Nehemia

Saya tidak percaya kebetulan.  6 hari setelah doa bersama online, setelah 6 bulan tidak bertemu, Tuhan panggil Nehemia pulang rumah.  Dia bukan lagi Rudy yang kita kenal, tapi dihadapan Tuhan dia adalah Nehemia.

Waktunya sudah selesai.  Keputusan surga sudah diambil.  Persis apa yang kita terima dari Tuhan bahwa Keluarga SMI sudah dibawa ke takhta kasih karunia, dan keputusan Surga sudah diambil. Kita tahu semua untuk yang terbaik.

Tuhan punya rencana untuk Rudi, selama 7 tahun efektif, dan sisanya adalah SMI masa pandemi, Rudi sudah menjalankan mandat Tuhan untuk membangun tembok bagi SMI.  Sangat jelas sekali Tuhan sedang bicara kepada keluarga besar SMI, “Aku adalah Tuhan, Akulah yang menentukan destiny”

Maka selesailah tembok itu pada tanggal dua puluh lima bulan Elul, dalam waktu lima puluh dua hari.
Ketika semua musuh kami mendengar hal itu, takutlah semua bangsa sekeliling kami. Mereka sangat kehilangan muka dan menjadi sadar, bahwa pekerjaan itu dilaksanakan dengan bantuan Allah kami. (Nehemia 6:15-16)

Bagi orang yang tidak percaya, kematian adalah akhir, tapi bagi orang percaya, kematian adalah awal. Bersama para saksi disurga (Ibr 12), dan Keluarga di surga (Ef 3:15), di sebelah kanan Allah Bapa, didalam Yesus Kristus, itulah bagian orang yang percaya.  Terus berdoa diatas sana untuk kami menyelesaikan tugas kami selama di muka bumi ini, Rud!

See you, when I see you.  I will never say good bye, but Arrriverdeci.   Sampai Ketemu Lagi!

Tuhan Yesus Memberkati,

Hanny Setiawan

Keluarga SMI

Coretan Lain:

Please follow and like us: