Hari Ke-7
7 Hari Raya Roti Tak Beragi (Kel 12:16)
21 April 2025
Tidak Mengerti Arah
Hanny Setiawan
Paskah telah lewat. Anak Domba telah disembelih. Kubur telah kosong. Kemenangan sudah dijamin! Namun menariknya, Alkitab tidak berhenti pada kisah Pesach (פֶּסַח) semata. Setelah korban anak domba dalam Keluaran 12, Tuhan memerintahkan agar kita menjalani tujuh hari tanpa ragi—Hari Raya Matzot (מַצּוֹת), Roti Tak Beragi. Dalam penanggalan Ibrani, hari pertama Paskah langsung disambung dengan tujuh hari ini, seakan Tuhan berkata, “Setelah Aku menyelamatkan kamu, sekarang hiduplah dalam kemurnian.”
Rasul Paulus menegaskan hal ini dalam 1 Korintus 5:7-8:
“Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab Anak Domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus. Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.”
Namun inilah tantangan kita. Kita bersukacita dalam kemenangan Kristus, tetapi kita lupa bahwa hidup yang tidak beragi masih harus terus dijalani. Kita sering merasa perjalanan rohani selesai ketika dosa diampuni, padahal perjalanan belum selesai. Ragi-ragi lama—ego, kepahitan, nafsu duniawi, kebiasaan kompromi—masih bisa menyelinap dan mengembang diam-diam dalam hati kita.
Kita diingatkan oleh kisah bangsa Israel setelah mereka keluar dari tanah Mesir. Mereka melihat kuasa Tuhan secara langsung, tetapi hati mereka belum benar-benar merdeka. Di padang gurun, mereka berkata:
“Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun, semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih.” (Bilangan 11:5)
Bahkan mereka berkata,
“Lebih baik kami mati di tanah Mesir… daripada mati di padang gurun ini.” (Keluaran 14:12)
Keinginan untuk kembali ke Mesir adalah gambaran dari kita yang telah ditebus tetapi masih menyimpan keterikatan dengan dunia lama. Kita telah dibebaskan, tetapi masih tergoda untuk kembali kepada pola hidup yang dulu.
Dan lebih dari itu, kita juga tidak boleh lupa bahwa yang keluar dari Mesir bukan hanya keturunan Yakub. Kitab Keluaran mencatat,
“Juga banyak orang dari berbagai-bagai bangsa (‘erev rav’ – עֵרֶב רַב) berjalan bersama-sama mereka…” (Keluaran 12:38)
‘Erev rav’, atau “gerombolan campuran,” adalah mereka yang ikut keluar dari Mesir karena melihat kuasa Tuhan, tetapi tidak mengerti janji Tuhan. Merekalah yang sering memicu pemberontakan, keluh kesah, dan kekacauan (Bilangan 11:4). Kita pun bisa menjadi seperti mereka—ikut berjalan bersama umat Tuhan, tetapi tidak mengerti arah dan tujuan perjalanan rohani ini.
Tujuh hari Matzot adalah simbol panggilan untuk hidup dalam konsistensi. Tuhan tidak hanya ingin kita keluar dari Mesir, tetapi juga hidup sepenuhnya sebagai umat perjanjian-Nya. Angka tujuh melambangkan kegenapan—artinya hidup tanpa ragi adalah gaya hidup, bukan pengalaman sesaat. Kemenangan dari Kristus sudah diberikan, tetapi kemenangan itu harus kita jaga dengan hidup yang dijaga.
Jadi, mari kita memeriksa hati kita. Apakah kita masih menyimpan ragi lama? Apakah kita sungguh-sungguh hidup sebagai adonan baru yang murni? Tuhan telah menebus kita dengan darah Anak Domba. Sekarang, Ia memanggil kita untuk hidup sebagai umat kudus (am kadosh – עַם קָדוֹשׁ), umat yang menjaga kekudusan setiap hari.
“Kemenangan Kristus adalah kepastian; kemurnian hidup adalah pilihan harian.”
Hanny Setiawan
Coretan Lain:
- Hari Ke-5 Perjalanan ke Titik Nol
- Hari Ke-6 Pencapaian Tanpa Hasil
- Hari Ke-3 Di Antara Dua Keinginan
- Hari Ke-2 Perjalanan Menuju Allah
- Hari Ke-1 Dua Kehausan yang Tak Sama