Hari Ke-5 Perjalanan ke Titik Nol

Hari Ke-5
7 Hari Raya Tidak Beragi (Kel 12:16)

19 April 2025

Perjalanan ke Titik Nol
Hanny Setiawan

Hari Raya Tidak Beragi (Chag HaMatzot) adalah salah satu perayaan penting dalam kalender Yahudi yang dimulai sehari setelah Paskah. Selama tujuh hari, umat Israel diperintahkan untuk tidak memakan roti yang beragi, sebagai pengingat akan keluarnya mereka dari Mesir dalam keadaan tergesa-gesa, tanpa sempat membuat adonan beragi. Tetapi lebih dari sekadar simbol historis, perayaan ini menyimpan pesan rohani yang dalam, terutama dalam terang salib Kristus.

Ragi dalam Alkitab sering menjadi simbol dosa, kesombongan, dan pengaruh kecil yang mampu merusak seluruh hidup (1 Korintus 5:6-8). Yesus sendiri memperingatkan murid-murid-Nya untuk waspada terhadap ragi orang Farisi dan Saduki, yaitu kemunafikan dan ajaran yang menyesatkan (Matius 16:6, Lukas 12:1). Dalam konteks ini, Hari Raya Tidak Beragi mengajarkan kita untuk mengosongkan hidup dari segala bentuk “ragi” – kesombongan, dosa tersembunyi, keakuan, dan ambisi duniawi.

Inilah yang terjadi dalam perjalanan Yesus ke salib. Ia mengosongkan diri-Nya, kenosis, hingga mencapai titik nol – taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib (Filipi 2:6-8). Ketika segala kehendak pribadi dikosongkan, saat itulah kehendak Bapa digenapi secara sempurna. Dan di titik nol itulah karya Allah menjadi maksimal. Kebangkitan dan kemenangan atas maut justru lahir dari kehampaan total di salib.

Dalam kehidupan kita, sering kali kita berusaha mempertahankan “ragi-ragi kecil” – rasa mampu sendiri, kehormatan, dan agenda pribadi. Namun Tuhan justru menuntun kita ke titik nol, tempat di mana segala daya dan kekuatan manusia berakhir. Di situlah anugerah bekerja paling nyata.
Ketika kita mengosongkan hati dari ragi dunia, Roh Kudus akan memenuhi kita dengan hidup yang baru, tak bercampur, tak tercemar, seperti roti tidak beragi.

Apakah saat ini kita sedang dibawa ke “titik nol”? Jangan takut. Itu bukan akhir, tapi awal dari karya ilahi yang ajaib. Mari kita bersihkan hidup dari segala “ragi lama” dan izinkan Allah bekerja dengan kuasa-Nya yang sempurna.

“Ketika ragi disingkirkan, kemurnian mulai bekerja. Dan di titik nol itulah, karya terbesar Allah dimulai.”
Hanny Setiawan

Coretan Lain:

Please follow and like us: